Bintang Boston Celtics Jayson Tatum sedang harap-harap cemas. Ini terkait kerja sama dengan Jordan Brand. Tatum yang menjadi duta merek tersebut sejak 2019 sedang menanti lahirnya sepatu khas (signature shoes) miliknya sendiri.
Pada bulan Juni 2019, Nick DePaula dari ESPN mengabarkan bahwa Tatum telah meninggalkan perusahaan induk Nike, dan menandatangani kontrak multi-tahun dengan Jordan Brand. Sebelumnya, Tatum sudah berkerja sama dengan Nike dan menjadi pemain pertama NBA yang memakai sepatu Nike HyperAdapt BB. Kemudian pada musim 2018-2019, dia termasuk dari tujuh duta Nike di NBA yang memakai PG2 khusus untuk pemain (Player Exclusive). Waktu itu Tatum memberi nama sepatunya PG2 PE "Color Book" yang terinspirasi dari buku gambar putranya.
Kerja sama Tatum dan Jordan Brand sudah berlangsung hampir empat tahun. Namun dirinya belum mendapatkan sepatu khas miliknya sendiri. Rupanya Tatum juga menyimpan perasaan iri kepada bintang muda New Orleans Pelicans, Zion Williamson. Sebab, Zion yang menadatangani kontrak AS$75 juta atau setara 1,07 triliun rupiah untuk lima tahun pada 2019 sudah dibuatkan sepatu sendiri bernama Air Zion 1.
Mengutip pembicaraan Tatum dengan Quentin Richardson dan Darius Miles dalam podcast Knuckleheads, pemain berusia 23 tahun tersebut yakin Jordan Brand segera memberinya sepatu sendiri. Meski sampai saat ini keyakinan tersebut masih abu-abu.
"Saya tidak tahu kapan tepatnya. Tapi proyek ini terus berjalan, dan sedang dalam proses yang bagus," katanya.
Selama dua musim terakhir, Tatum mengenakan edisi khusus pemain untuk model Air Jordan 34, Air Jordan 35, hingga Air Jordan 36. Semua varian warnanya selalu dikaitkan dengan putranya yang bernama Deuce. Sepertinya, kalau Tatum benar-benar punya sepatu sendiri, pasti punya kaitan erat dengan putranya.
Namun mimpi Tatum untuk mendapatkan sepatu khas dari Jordan Brand tampaknya belum bisa terwujud dalam waktu dekat ini. Menurut catatan Matt Powell dari NPD, penjualan Jordan Brand kurang bagus akhir-akhir ini.
"Saya tidak melihat langkah nyata dari Jordan Brand untuk tertarik membuatkan sepatu khas lagi. Sebab, sebuah merek dituntut untuk merelakan anggaran sekitar 11 persen dari penjualan untuk pemain tersebut. Setidaknya, Jordan Brand harus melepaskan AS$15 juta setahun. Dari jumlah tersebut, pemain tersebut harus bisa memancing pendapatan sebesar AS$136 juta di pasaran," kata Powell.
Karena penjualan sepatu khas sedang lesu, ditambah lagi kalau pemain yang menjadi duta bukan ikon liga, maka berat bagi Jordan Brand untuk memberikan sepatu khas. Kenyataannya, Jordan Brand sudah mengurangi produksi signature shoes sejak 2017. Mereka menghentikan kerja sama dengan Carmelo Anthony yang terkenal dengan Jordan Melo-nya setelah 13 edisi. Kemudian, meski tetap dipertahankan, tapi penjualan sepatu khas Chris Paul juga terbilang kecil.
Sementara dari lini sepatu Russell Westbrook, Jordan Brand juga tidak mendapatkan untung besar. Akibatnya, pengembangan sepatu Westbrook berhenti di seri "Why Not" saja. Sampai sekarang Westbrook belum mendapatkan sepatu khas yang baru.
Menurut Powell, konsumen sekarang sudah berubah. Mereka tidak peduli lagi apa yang dipakai pemain dalam pertandingan. Konsumen lebih memilih untuk membeli sepatu yang cocok dengan mereka sendiri, bukan mengikuti idolanya. Kecuali, duta yang menjadi idola tersebut benar-benar tenar, seperti Michael Jordan, LeBron James, atau mendiang Kobe Bryant. (tor)
Foto: WWD