Suatu hari, Rudolf Dassler dan Adolf Dassler menemukan pabrik sepatu tua di Herzogenaurach, Jerman. Dua bersaudara ini akhirnya sepakat mendirikan perusahaan bernama Gebruder Dassler Schuhfabrik atau dalam bahasa Inggris, Dassler Brothers Shoe Factory.

Pada tahun 1928, pabrik tersebut menjadi terkenal. Sebab semua atlet Jerman saat itu mengenakan sepatu Dassler pada Olimpiade Amsterdam di tahun yang sama. Puncaknya pada tahun 1936, di Olimpiade Berlin, semua atlet dari seluruh dunia menyerbu pabrik sepatu ini. Mereka punya satu tujuan, membeli sepatu olahraga berkualitas. Sebab saat memakai Dassler, ada satu atlet Jerman, Jesse Owens memenangi empat medali emas.



Setelah melewati sejarah panjang, akhirnya Rudolf Dassler memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri. Pada tanggal 1 Oktober 1948 sebuah pabrik sepatu dengan nama PUMA Schuhfabrik Rudolf Dassler resmi berdiri. Pada tahun yang sama, sepatu sepak bola pertama PUMA dengan nama ATOM, resmi diluncurkan. Beberapa pemain tim nasional Jerman Barat kala itu memakai sepatu tersebut pada pertandingan sepak bola melawan Swiss pada tahun 1950.



Sejak saat itu, PUMA dikenal sebagai sepatu olahraga. Atlet atletik dan sepak bola jadi pasar utama sepatu ini. Bahkan kita tahu, legenda sepak bola Brazil, Pele, memakai PUMA saat memenangkan Piala Dunia di Chile tahun 1962. Baru pada tahun 1970, PUMA menambahkan ikon logo kucing melompat yang diciptakan oleh kartunis atas Nuremberg, Lutz Backes. Seiring berjalannya waktu, PUMA pun memproduksi barang-barang olahraga lain, seperti pakaian dan tas olahraga.



Seperti sebuah virus, wabah PUMA mulai menjangkit olahraga basket di tahun 1973. Saat itu, pemain basket asal Atlanta, Georgia yang bermain untuk New York Knicks mencuri perhatian. Walter Frazier adalah nama pemain yang pernah dua kali menjuarai NBA dan tujuh kali terpilih sebagai NBA All-Star tersebut. Walter terkenal dengan kemampuan mencuri (steal) bola dari lawan saat bertanding. Tapi dia juga punya gaya khas ketika di luar lapangan. Clyde --panggilan akrabnya-- kerap kali bergaya dengan baju warna-warni.



Di lapangan, Clyde memakai sepasang sepatu PUMA suede dengan aksen low-cut. Tetapi di luar, ia memakai sepatu yang sama dengan warna yang berbeda-beda. Akhirnya, PUMA dan Clyde duduk bersama merancang sebuah sepatu yang revolusioner. Pada musim gugur 1973, PUMA Clyde lahir. Sepatu ini benar-benar mencuri perhatian publik. Sepatu basket yang ringan dengan potongan rendah, lalu warna-warni yang bisa dipilih sesuai dengan keinginan pemakainya.



"Saat itu PUMA mendatangi saya untuk memakai produk mereka. Mereka membayar saya, tapi saya tidak suka dengan sepatu itu, terbuat dari kulit, berat dan kaku. Saya mengatakan pada mereka bahwa, tidak usah membayar saya, tapi saya akan bantu mereka merancang sesuatu yang baru," kata Clyde, dalam sebuah wawancara dengan Jake Woolf dari GQ.com pada tahun 2016 lalu.

PUMA Clyde tak hanya menjadi sepatu basket terbaik pada masanya. Namun sepatu ini juga mengiringi perkembangan kultur hip hop, punk, bahkan dicintai para skeaters hingga saat ini.

"Saat era PUMA Clyde merajai pasar, orang-orang tidak akan memakainya saat hujan, karena berbahan suede. Mereka merawatnya layaknya benda kesayangan. Banyak orang punya kenangan mendalam dengan PUMA Clyde mereka. Ini menjadi sepatu untuk bergaya. Ibaratnya seperti mantel bulu saat musim salju tiba. Clyde bukan hanya sepatu basket," imbuhnya.



Melihat perkembangan industri sneaker saat ini, pria 72 tahun tersebut berpendapat bahwa sneaker sudah menjadi budaya. Bukan lagi sebuah barang yang dibeli untuk keperluan. Mereka membeli sneakers untuk bergaya.

"Industri sneakers saat ini makin menarik. Hari ini boleh jadi sebuah sneakers menjadi pembicaraan hangat, tapi tiba-tiba berubah esok hari. Ketika saya pensiun dari basket, para penari breakdance memakai Clyde. Lalu mereka menghilang begitu saja. Kini saat gaya retro mulai datang lagi, Clyde saya muncul lagi. Jadi begitulah seharusnya sebuah budaya," jelas Clyde.



PUMA Clyde juga akan menjadi bagian dari acara Sneaker Madness 2017. Sneaker Madness adalah kegiatan padat selama dua hari yang melibatkan para pecinta sneaker dan digelar di Surabaya. Di dalamnya ada transaksi, barter, raffle, pameran, dan lain-lain. Sneaker Madness diproyeksikan menjadi kegiatan kultur sneaker terbesar di Jawa Timur. Acara ini akan berlangsung pada 14-15 Oktober 2017 di Convention Hall, Lantai 6, Tunjungan Plaza 3, Surabaya.

Foto: dopefoot.com, hanon-shop.com, puma.com, frixshun.com

Populer

Golden State Warriors Terjun Bebas
Rumor NBA, Dua Pemain Dikaitkan Dengan Dallas Mavericks
LeBron James Menangkan Lakers di Tengah Drama dan Kekacauan Utah Jazz!
Steve Kerr Merindukan Kevin Durant
Kyrie Irving Sebut Celtics Sebagai Tim Super
Giannis Antetokoumpo Cetak Sejarah Saat Bucks Menggilas Wizards
LeBron James Ingin Pensiun Sebelum Masa Jayanya Berakhir
Donovan Mitchell Meledak di Kuarter Keempat, Hentikan Tren Positif Celtics
Victor Wembanyama Pimpin Spurs Kalahkan Kings Dengan Penampilan Terbaiknya
Duo Booker dan Durant Beri Kekalahan Keempat Bagi Warriors