Nike merilis varian terbaru dari lini basket yang dinamai Air Zoom GT Cut. Sebuah sepatu basket berkerah rendah yang dilabeli dapat memadukan kenyamanan tanpa mengurangi kecepatan. Dua aspek tersebut sebelumnya dianggap tidak bisa saling mendukung. Pemain biasanya harus mengorbankan salah satu demi mendapatkan performa yang dimau.

Dalam artikel bagian pertama, Bryant Klug selaku desainer produk menyebutkan kalau konsep pembuatan dibantu Sabrina Ionescu dan DeAaron Fox. Kedua pebasket diminta memberikan pengalaman tentang permasalahan pada kebanyakan sepatu basket masa kini. Fox kemudian mencoba prototipenya sebelum akhirnya dilepas ke publik.

Setelah menjabarkan konstruksi, maka tidak ada salahnya melihat langsung bagaimana performa sepatu baru ini. Chris Chase, pemilik situs WearTesters, memberikan pandangannya setelah mencoba memakai Air Zoom GT Cut ke dalam dua lapangan, indoor dan outdoor.

“Traksi pada sol karetnya butuh waktu beberapa kali percobaan sebelum benar-benar mendapatkan kekesatan. Setelah sudah break-in, rasanya luar biasa. Apalagi kalau dipakai di atas lapangan kayu. Benar-benar seperti menempel,” katanya.

Dirinya memuji sol karet sepatu ini untuk lapangan dalam ruang. Namun, dia berpendapat bahwa traksinya tidak sebagus itu saat dipakai di luar. Ketahanan sol mungkin saja panjang. Tapi, ia merasa kurang nyaman dan tidak sebagus dipakai di lapangan kayu. Oleh karenanya, ia merekomendasikan sepatu ini bagi mereka yang lebih sering bermain basket di dalam ruangan apabila mencari traksi.

Soal kenyamanan, pujian tersemat pada Nike. Dijelaskan bahwa rasa empuknya cukup terpenuhi. Sementara hentakan saat akan berlari masih dapat terakomodasi dengan baik. Chase merasakan kakinya berada serendah mungkin dengan tanah. Memberikannya kontrol lebih pada telapak kaki. Tiga jenis bantalan yang telah digambarkan pada artikel sebelumnya dianggapnya membuahkan hasil.

Bahan pada upper yang kesemuanya terbuat dari material sintetis menurutnya sudah bagus. Mulai dari busa neoprene sampai nilon rajut (mesh) dibuat secara halus namun tetap kuat. Pada bagian atas, dirinya mendapati beberapa panel yang terbuat dari thermoplastic polyutherane atau TPU. Meski begitu, tidak memberi pengaruh signifikan terhadap bobot.

“Sepatu ini menurut saya fit size. Benar-benar sesuai dengan tabel ukuran kaki milik Nike. Bagi yang bertelapak kaki lebar mungkin butuh sedikit waktu agar upper-nya break-in terlebih dahulu demi mendapatkan kenyamanan yang diharapkan. Bahannya sudah memenuhi kebutuhan tersebut.,” imbuh Chase.

Dirinya kemudian mengapresiasi penyusunan posisi lubang tali. Ia dapat merapatkan tali semaksimal mungkin tanpa merasakan kesakitan. Bahkan setelah dipakai, tidak ada bekas memar atau ruam akibat terlalu rapat menali.

Sensasi memakai sepatu ini menurut Chase seperti sedang memakai Nike Zoom Kobe 8. Baik dari segi memakainya di lapangan, fitment, ukuran, sampai traksi. Sebagai pengenalan untuk lini GT, Air Zoom GT Cut layak jadi awalan yang baik. Ini bisa membuka peluang Nike untuk menguasai pangsa pasar sepatu basket. Terlebih sejak varian Hyperdunk resmi dihentikan produksinya.

Foto: Nike

Komentar