Pangsa pasar sepatu basket memang masih sangat potensial. Apalagi NBA menjadi kiblatnya sudah menjalankan berbagai sistem supaya pertandingan dapat berjalan seperti sebelum pandemi. Hal itu membuat masyarakat terus memberikan atensi. Di sanalah semangat merek besar dalam menjual produk pendukung. Di sini, Nike hadirkan sepatu basket baru bernama Air Zoom GT Cut.
Sepatu ini memang sudah diperkenalkan sejak pertengahan 2021. Namun, atensinya masih belum begitu terasa bila dibandingkan dengan sepatu signature para pebasket. Kendati demikian, merek berbasis Kota Oregon itu kerap menghadirkan inovasi dalam produk terbaru.
Pelucutan oleh fastpass.com.
Proses penyusunan desain dan teknologi dibantu oleh dua nama tenar. Mereka adalah DeAaron Fox dan Sabrian Ionescu. Dua rekrutan Nike dalam mempromosikan barang jualan di kancah NBA dan WNBA. Pengalaman di kancah basket dijadikan sebagai dasar penyusun Air Zoom GT Cut.
Omong-omong, GT di sini bukan merujuk pada istilah jenis mobil sport. Pun bukan pula akronim video game Gran Turismo yang mahsyur itu. Nike memaknainya sebagai Greater Than. Dimaknai sebagai lini sepatu baru yang dianggap lebih baik (greater) dari versi-versi sebelumnya.
Nicole Chow sebagai Nike Basketball Produt Manager memberikan opini bahwa permainan basket modern sudah lebih berkembang. Posisi pemain menurutnya jadi bias. Ini membuat pemain diharuskan memiliki insting untuk melihat sekeliiling lalu masuk ke dalam lubang yang mungkin saja bukan tugasnya dalam posisi yang diampu.
“Pebasket generasi baru punya standar bermain yang cepat. Mereka harus bisa ‘membelah diri’ ke dalam beberapa posisi karena memang pola permainannya sudah menyebar. Di sini saya melihat bahwa produk harus menyokong kebutuhan tersebut. Memberikan sepatu dengan fitur yang dapat meminiimalisasi delay dalam setiap transisi gerakan. Karena sepersekian miliseken itu begitu berarti,” kata Chow.
Pandangan tersebut lalu direalisasikan Bryant Klug, desainer yang menjabat sebagai Nike Basketball Designer. Divisi ini sebelumnya diisi sosok-sosok tenar. Sebut saja Eric Avar selaku koki untuk Hyperdunk serta Benjamin Nethongkome yang ada di balik empat seri awal Nike Kyrie.
Ilustrasi Bryant Klug dalam menyusun denah produk.
Tahap paling awal sekaligus esensial bagi Klug dalam menjalankan tugasnya adalah mendengarkan penjabaran dari atlet. Nike lalu menghubungkannya kepada Fox dan Ionescu. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk kemudian direalisasikan ke dalam perumusan cetak biru produk.
Dalam diskusi itu, Ionescu mengatakan sebuah hal yang membuka pemikiran Klug dalam konsep penyusunan desain. “Saya biasanya mengorbankan kecepatan demi rasa nyaman di lapangan. Dan belum ada yang dapat memberikan solusi untuk menanggulanginya,” sebutnya.
Dari sana, Klug dan tim kemudian menyusun visi bahwa sepatu baru ini harus menyokong kecepatan sembari tetap memberi rasa nyaman sekaligus responsif.
Maka, Air Zoom GT Cut dibuat dengan bantalan yang terbilang cukup padat. Ada tiga jenis cushion tersemat. Air Zoom klasik, Air Zoom Strobel, dan React. Padanan ini dipercaya memberikan solusi dalam permasalahan yang dijabarkan Ionescu.
Total ada Sembilan komponen utama dalam sepatu ini. Dimulai dari selapis upper, susunan bantalan, tiga buah cangkang berbahan plastik PU, sol dalam, sampai outsole. Semuanya disusun sedemikian rupa untuk menjawab uneg-uneg Sang pemain.
Uji coba lalu diserahkan kepada DeAaron Fox. Mencobanya bermain sesuai dengan gayanya. Ia lalu mengiyakan semua deskripsi di atas. Tugasnya saat ini termasuk membawa Air Zoom GT Cut diakui sebagai produk mumpuni. DIbuktikan dengan performa menawan di lapangan.
Penjabaran struktur sepatu.
Insole merupakan elemen yang tak kalah penting dalam membuat sepatu yang empuk dan nyaman.
Sumber: Nike News