Bali dengan sembilan orang saja di roster mereka berhasil melaju ke final putri PON XX Papua. Mereka tampil impresif utamanya di semifinal dengan mengalahkan tim kejutan Sulawesi Selatan 52-41.

Bali layak disebut impresif karena mereka benar-benar mampu mematikan permainan Sulsel yang sebelumnya cukup panas. Utamanya di paruh kedua, di mana Bali berhasil menahan Sulsel hanya mencetak 15 poin secara total, jumlah yang setara dengan poin Sulsel di kuarter pertama saja.

Pertahanan yang sangat fisikal ditambah sosok Ni Putu Eka Liana Febiananda di bawah ring tampak jelas menyulitkan Sulsel. Andalan Sulsel, Ummil Asmi bahkan gagal mencetak satupun tembakan masuk (0/10). Dua poin yang ia bukukan datang dari tembakan gratis. Saat Ummil mendapatkan bola di area perimeter lebih lagi di bawah ring, para pemain Bali langsung mengerumuninya.

Di saat menyerang, sistem mereka sudah tak perlu diragukan lagi. Muflih Farhan meraciknya dengan baik dan eksekusi Bali di semifinal cukup apik, setidaknya untuk memenangi gim. Namun, sekali lagi, eksekusi mereka harus lebih meningkat lagi untuk melawan Jawa Timur di final.

Ya, Bali tak boleh buang-buang tembakan melawan Jatim. Pasalnya, menilik pertemuan pertama kedua tim di babak grup, Bali kesulitan sekali untuk keluar dari tekanan pertahanan Jatim yang kerap turun dengan full court press. Hasilnya, ada 23 turnover yang mereka buat. Hanya satu pemain Bali yang tak membukukan turnover dan lima dari delapan pemain yang membuat turnover melakukan setidaknya tiga kesalahan sendiri.

Mengingat sulitnya untuk mendapatkan peluang eksekusi, maka eksekusi Bali harus sangatlah baik. Tentunya, upaya untuk mengurangi turnover juga harus ditingkatkan. Namun, turnover bisa ditutupi dengan baik andai akurasi Bali di atas rata-rata mereka. Bali hanya menorehkan akurasi 26 persen di gim lawan Jatim (37 persen).

Kunci permainan ada di Eka dan Mita Istinawati. Dua pemain ini adalah mesin poin utama Bali di dua area yang berbeda. Eka di bawah ring dan Mita di luar dari itu, utamanya tripoin. Jatim sangat dilarang melepas kedua pemain ini dalam posisi terbaik mereka dan tak terkawal.

Untuk Jatim, tak banyak yang harus diperbaiki kecuali mental. Ya, partai final, sebagai unggulan, dan belum terkalahkan, bahkan nyaris selalu dominan, Jatim hanya akan melawan diri mereka sendiri. Sanggupkah mereka menjaga mentalitas untuk tampil konsisten selama 40 menit. Apalagi di gim semifinal lalu, Bali yang sempat tertinggal sembilan poin menunjukkan bahwa mereka tak mudah dikalahkan.

Empat pilar utama, Christine Tjundawan, Faizzatus Shoimah, Adelaide Wongsohardjo, dan Amelia Ardhany masih akan menjadi tumpuan. Jika jarak tak sampai 15+ poin, saya percaya keempat pemain ini masih akan di lapangan (kecuali foul trouble atau masalah cedera).

Amelia rasanya kini akan mendapatkan tugas paling berat. Secara matchup, ia akan bertarung melawan Eka. Eka seperti yang sudah saya singgung, adalah seorang senter yang cukup cerdik, utamanya dalam memenangkan posisi. Beberapa kali pola high-low Bali berhasil karena Eka benar-benar cermat memanfaatkan ruang.

Di sisi penyerangan, tak ada yang perlu diubah. Tim ini adalah tim yang sangat tangguh di area dua poin dan cenderung tak berpikir untuk mencoba tripoin. Cara terbaik Bali untuk semakin memperlebar peluang menang mereka adalah dengan memaksa Jatim menembak dari tripoin. Namun, sekali lagi, empat pilar Jatim ini sangat solid. 

DKI Jakarta di semifinal sebenarnya berupaya melakukan hal ini. Akan tetapi, dengan paket ketangkasan yang dimiliki empat pemain ini, Jatim masih bisa menemukan ruang tembak di area dua poin. Jatim hanya melepaskan 12 tripoin sepanjang semifinal, jumlah yang lebih sedikit dari percobaan tripoin Mita Istinawati seorang diri (13).

Emas sudah di depan mata untuk Bali dan Jatim. Mereka hanya berjarak 40 menit dari sejarah yang akan mereka ukir untuk provinsi dan diri sendiri. Adu strategi antata Farhan dan Lena memang krusial, namun mental adalah hal yang utama. Ini gim tentang siapa yang lebih ingin pulang dengan emas di leher mereka. Beri kami gim yang seru Bali dan Jatim!

Foto: Hariyanto

 

Komentar