Setelah mengulas Sulawesi Selatan melawan Bali, mari kita bergeser ke semifinal putri lainnya, Jawa Timur (Jatim) melawan DKI Jakarta. Sebuah duel yang layak disebut sebagai duel klasik dua kekuatan besar basket putri.
Seperti gelaran sebelumnya, kedua tim ini diharapkan bertemu di final. Namun, mengulang gelaran sebelumnya juga, kedua tim gagal bertemu di final. Jika di PON Jawa Barat 2016 Jatim tersingkir lebih dulu di semifinal atas Jawa Tengah, kini Jatim dan DKI Jakarta justru sudah berhadapan di semifinal.
Secara materi rasanya tak perlu banyak ulasan dari kedua tim ini. DKI Jakarta dipenuhi oleh banyak pemain Tanago Friesian yang berlaga di Srikandi Cup sedangkan Jatim memiliki empat pilar utama yang jadi andalan. Empat pemain jebolan DBL All Star ini juga kerap membela tim nasional Indonesia dalam berbagai ajang.
Sayangnya, entah kenapa DKI Jakarta seolah cukup kebingungan dalam dua gim yang mereka mainkan. Tak tampak konsep permainan pasti, akurasi juga terkesan asal-asalan. Akurasi tim yang hanya 30,8 persen adalah bukti mereka masih belum menemukan sentuhan yang lebih baik.
DKI Jakarta juga seolah tak ambil pusing atas tembakan-tembakan tripoin. Mereka adalah tim dengan jumlah percobaan tripoin terbanyak dengan total 66 tembakan dalam dua gim. Artinya, ada 33 percobaan tripoin per gim! Jumlah ini sangat masif mengingat tim di bawah mereka adalah Bali dengan 58 percobaan tapi dalam tiga gim (19 percobaan per gim).
Hal ini diperburuk dengan catatan hanya 13 tripoin masuk dari jumlah percobaan di atas (19,7 persen). Jika upaya-upaya tripoin ini akurasinya ditingkatkan atau percobaannya lebih dibatasi dan diganti dengan tembakan yang lebih dekat dengan ring, peluang DKI untuk menang rasanya semakin besar.
DKI padahal punya sosok seperti Jesslyn Angelique Aritonang dan Sophia Rebecca Adventa yang cukup lihai di area dalam dua poin. Sayangnya, keduanya justru tampak aktif di tripoin dalam dua gim yang mereka mainkan.
Jatim pun sebenarnya tak jauh beda untuk akurasi tripoin (18,4 persen), tapi mereka lebih selektif dengan hanya 49 percobaan dalam tiga gim (16 percobaan per gim). Jumlah yang nyaris dua kali lipat dari DKI Jakarta. Jatim sadar kekuatan mereka yang utama ada di dalam garis busur tripoin.
Jatim total melepas 136 tembakan di area dua poin, terbanyak di PON. Akurasi mereka juga paten dengan 45,6 persen, tertinggi di babak grup ini. Christine Tjundawan, Faizzatus Shoimah, Adelaide Wongsohardjo, dan Amelia Ardhany, empat pilar utama Jatim ini emang piawai di area tersebut.
Tembakan jarak menengah (mid-range) dan upaya terobosan berujung layup adalah pilihan utama mereka dalam menyerang. Sebaiknya, DKI Jakarta tak banyak menurunkan pertahanan zona (zone defense) untuk menghadapi Jatim. Zone defense akan membuat lebih banyak lubang di area midrange untuk dieksploitasi pemain Jatim.
Satu catatan lain yang cukup kuat dari Jatim adalah kepiawaian mereka membaca pertahanan lawan. Saat melakukan play call dan lawan bisa mengantisipasi skenario awal, Jatim punya jawaban atas hal tersebut dan para pemain terus bergerak untuk mencari tempat yang kosong.
Jatim dengan empat pilar mereka yang solid ditambah skema permainan yang apik akan menghadapi DKI Jakarta yang berusaha untu terus meningkatkan performa mereka. Tiket final sudah di depan mata, siapa menurut kalian yang akan bertarung untuk medali emas nanti?! Kita tunggu jawabannya dua hari lagi!
Foto: Hariyanto