Meski gim di nomor putri masih tersisa satu, pertarungan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat tersebut tak lagi menentukan. Jawa Timur dan Bali sudah memastikan diri sebagai wakil untuk Grup X sedangkan Grup Y mengirimkan Sulawesi Selatan serta DKI Jakarta.
Di semifinal, pertemuan akan disilangkan. Pemuncak Grup X, Jatim, akan menghadapi peringkat dua Grup Y, DKI Jakarta. Berlaku untuk gim semifinal lainnya, Sulsel akan melawan Bali.
Pertemuan antara Sulsel dan Bali seolah membawa pertemuan di Srikandi Cup antara Flying Wheel Makassar melawan Merpati Bali. Ya, mayoritas pemain dari dua provinsi ini membela dua tim tersebut di Srikandi Cup. Memang, baik Flying Wheel atau Merpati cukup kental dalam membawa unsur kedaerahan di tim mereka.
Di edisi PON sebelumnya, kedua tim ini tersingkir di perempat final dengan skor yang cukup mencolok. Oleh sebab itu, pencapaian ke semifinal yang mereka capai sekarang sudah membuat sejarah baru.
Secara permainan, kedua tim punya pendekatan yang berbeda. Seperti yang diungkapkan Eddy Winarso, Kepala Pelatih Sulsel kepada kami, timnya adalah tim yang sederhana. Tidak menerapkan strategi-strategi rumit. Sebaliknya, Bali di bawah Muflih Farhan sejauh ini tampil sistematis. Banyak strategi mereka lakukan dengan serangan yang jarang tergesa-gesa.
Sulsel memiliki dua keunggulan yakni kecepatan transisi menyerang serta kepiawaian pemain bergerak tanpa bola. Hal ini pula yang menyebabkan Sulsel menorehkan rataan 20 asis dari 27 tembakan masuk per gim.
Pemain Sulsel seolah tahu kapan waktunya mereka bergerak dan kapan untuk bertahan di posisi mereka saat menyerang. Hal ini pula yang menjadi kemampuan utama Ummil Asmi dalam mendulang poin demi poin yang ia hasilkan.
Ummil adalah salah satu kunci utama Sulsel mengejutkan publik di PON XX Papua ini. Catatan 24,0 poin dan 19,0 rebound adalah sebuah catatan monster. Hebatnya lagi, seluruhnya ia hasilkan di area dua poin dengan akurasi 54 persen. Ummil adalah satu-satunya pemain dengan jumlah percobaan menembak lebih dari 30 kali (total) dan memiliki akurasi di atas 40 persen.
Sekali lagi, Ummil tak sendiri dalam menorehkan catatan fantastis tersebut. Peran rekan satu timnya sangat besar dalam mengacaukan pertahanan lawan, utamanya Sabrina Sandewang dan Azizah Abas.
Dua pemain ini adalah dua pemain yang sangat aktif dan kerap membuat lawan kesulitan menentukan prioritas. Membiarkan keduanya menerobos ke area kunci tanpa halauan adalah hal yang salah, membantu jaga dan melepas Ummil juga salah.
Jika harus mencari celah di Sulsel, tripoin mungkin adalah jawabannya. Mereka tercatat sebagai tim dengan percobaan tripoin terendah dengan hanya 28 kali dan akurasi 21,4 persen. Bertaruh untuk Sulsel menembak tripoin mungkin adalah cara terbaik untuk mengatasi serangan mereka. Namun, saya juga yakin, hal ini tak akan berjalan mudah dengan pergerakan para pemain Sulsel yang cukup dinamis.
Di sisi lain, Bali mungkin bisa berharap banyak pada Ni Putu Eka Liana Febiananda untuk menghentikan Ummil. Selain memiliki banyak kemiripan, Eka memang cukup terampil dalam bertahan. Jika Eka berhasil mengantisipasi gerakan-gerakan ajaib Ummil, maka Bali bisa sedikit tenang.
Beruntungnya, Bali adalah tim yang memiliki kecepatan transisi bertahan yang bagus. Hal ini adalah modal bagus bagi Bali untuk menghalau upaya serangan cepat Sulsel. Setidaknya, mereka harus memperlambat tempo Sulsel dalam membangun serangan dan memaksa mereka bergerak lebih banyak di tripoin.
Keunggulan Bali sendiri ada di tripoin. Bali adalah tim dengan tripoin terbaik sejauh ini. Mereka melepaskan 58 percobaan dan masuk 16 kali (28 persen). Memang, Jateng memiliki akurasi lebih baik di angka 29 persen, tapi mereka hanya melepaskan 31 percobaan. Meski masih butuh banyak peningkatan akurasi, catatan yang mereka punya sekarang sudah menjadi awal bagus dalam upaya menaklukkan Sulsel.
Komposisi Mita Istinawati, Made Dita Pramesti, Kadek Jisanceghi, Ayu Sriartha, dan Eka akan cukup memborbardir Sulsel dengan tripoin dan keamanan rebound. Satu dari tiga nama di atas juga kerap diganti oleh Putu Tiana Widiastari yang juga tak sungkan melepas tripoin.
Secara keseluruhan, merangkum duel ini bisa kita sebut pertarungan antara Sulsel yang dinamis dan sporadis melawan Bali yang sistematis. Siapa yang bisa memaksa lawan bermain tidak dengan sistem utama mereka akan bisa keluar jadi pemenang dan melaju ke laga final.
Foto: Hariyanto