Perjalanan mengintip kekuatan lawan Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2023 berlanjut. Setelah mengulas sedikit banyak kekuatan Yordania, kali ini kita akan membahas mengenai ketangguhan Lebanon. Lebanon bisa dibilang adalah kekuatan terbaik kedua di Grup C ini. Namun, di mata saya, mereka tak lebih tangguh dari Yordania.

Meski tak lebih tangguh dari Yordania, Lebanon tetaplah menakutkan. Catatan tak terkalahkan mereka di kualifikasi Piala Asia 2021 (6-0) adalah bukti nyata bahwa tim ini punya kekuatan. Dalam enam kemenangan tersebut, hanya dua kemenangan yang tidak menyentuh selisih dua digit poin, itupun di angka sembilan poin. Dua kemenangan yang tidak berjarak lebar tersebut menariknya terjadi dalam melawan Irak, satu-satunya tim yang tak meraih kemenangan di grup kualifikasi ini.

Ada perbedaan mencolok antara Yordania dan Lebanon. Dalam hal ini, perbedaan tersebut adalah filosofi bermain. Seperti yang kami singgung sebelumnya, Yordania adalah tim yang sangat mengandalkan pick n roll, mereka bisa dibilang sudah cukup master untuk hal tersebut. Seiring gaya bermain tersebut, mereka memiliki tendensi bermain dengan tempo lambat nan paten, jarang sekali Yordania melakukan eksekusi tembakan di 10 detik permainan.

Sebaliknya, Lebanon adalah tim yang bermain sangat fisikal, cepat, dan sporadis. Mereka tak benar-benar memiliki kegemaran khusus dalam bermain. Kadang mereka menyerang dari elbow, kemudian di area sayap, hingga penetrasi cepat. Namun, apapun yang terjadi, mereka bermain dengan intesitas dan kecepatan (pace) yang cepat.

Pun demikian, Lebanon memiliki akurasi tripoin yang harus diwaspadai Indonesia. Akurasi tripoin Lebanon selama kualifikasi Piala Asia 2021 adalah 40 persen (9,7/24). Secara persentase frekuensi tembakan, maka 34 persen dari tembakan Lebanon adalah percobaan tripoin. Lebih buruknya lagi, Lebanon memiliki sekitar lima pemain yang menembak tripoin dengan frekuensi dan akurasi yang cukup tinggi.

AJ Majok (Sumber foto: fiba.basketball)

Jika harus menyamakan Lebanon dengan lawan-lawan Indonesia sebelumnya, saya bisa bilang ada sedikit kemiripan Lebanon dengan Korea. Artinya, jika Indonesia ingin mencuri kemenangan atau setidaknya menjaga gim nanti tetap ketat, mereka harus melakukan pertahanan super melelahkan. Mengejar lawan ke seluruh bagian lapangan, mengganggu sebisa mungkin para penembak jitu Lebanon. Jika hal ini tidak dilakukan, jangan kaget jika ada belasan tripoin masuk dengan akurasi hampir 50 persen dari Lebanon.

Bicara personel, maka ada beberapa nama yang memiliki peran besar untuk Lebanon. Secara total, ada total 16 pemain yang tampil untuk Lebanon di kualifikasi Piala Asia 2021. Namun, hanya ada empat pemain yang tampil di seluruh gim tersebut. Menariknya lagi, dua dari empat pemain tersebut bahkan tidak tampil sampai 20 menit per gim yang berarti mereka bukanlah pilihan utama.

Karim Zeinoun dan Karim Ezzedine adalah dua nama lain yang bermain di seluruh gim dengan menit bermain banyak. Keduanya selalu menjadi starter untuk Lebanon. Zeinoun adalah tipikal pemain sayap yang cepat dalam penetrasi (tidak selalu mengincari poin, hanya mengancam) sedangkan Ezzedine adalah forwarda atletis yang memiliki kapasitas mumpuni sebagai all around player.

Karim Ezzedine (Sumber foto: fiba.basketball)

Zeinoun dan Ezzedine juga kini masih dalam usia yang sangat muda, Zeinoun pemain kelahiran 1999 sedangkan Ezzedine dua tahun lebih tua. Secara bentuk tubuh pun, keduanya cukup proposional. Catatan khusus untuk Ezzedine, ia sempat bermain untuk Paris Basketball di liga tertinggi Prancis. Catatan yang menunjukkan bahwa ia bukan pemain sembarangan.

Ada juga nama Wael Arakji dan Gerard Hadidian yang merupakan perpaduan garda dan bigman untuk Lebanon. Wael adalah pemilik rataan asis terbanyak kedua Lebanon di bawah Ali Mansour, pemain yang tampil penuh di enam gim. Wael sendiri hanya tampil empat gim. Tak hanya lihai melihat posisi rekan satu tim, Wael juga akurat dari jarak jauh dengan catatan 56 persen (2,5/4,5).

Sedangkan Gerard adalah pengumpul rebound terbanyak untuk Lebanon. Tinggi badannya sebenarnya tak lebih menjulang dari Ezzedine, namun jika Anda lihat bentuk tubuhnya, maka Anda tahu mengapa Gerard sulit dilawan saat berebut rebound. Ia memiliki frame tubuh yang lebih kukuh dan ini menjadi kunci ia merebut 25 rebound dalam dua gim yang ia mainkan.

Elie Chamoun (Sumber foto: fiba.basketball)

Terakhir ada nama Elie Chamoun yang hanya bermain satu gim. Turun selama 22 menit, Chamoun mencetak 26 poin dengan akurasi 75 persen (9/12). Saya belum menemukan artikel terkait mengapa ia hanya bermain satu kali, namun jika nanti ia dibawa dalam laga melawan Indonesia, ia sama sekali tak boleh dilewatkan. Pemain ini adalah tipikal pemain catch n shoot, penembak murni dan mematikan.

Dari 9/12 tembakan tersebut 6/7 adalah tripoin (86 persen). Ia adalah pemain yang akan terus berlari mencari tempat menembak terbaik dengan bantuan tembok (screen) dari rekan-rekannya. Meski gerakan menembaknya terbilang tidak terlalu cantik dilihat, akurasi dan bagaimana proses tembakan tersebut masuk benar-benar sempurna. Saya rasa Chamoun adalah pemain yang layak dilabel dengan ungkapan "hand down, man down.”

Menilik lebih dalam, di barisan pemain naturalisasi , Lebanon juga bisa dibilang tangguh. Sejauh ini, ada dua nama yang kemungkinan tampil untuk Lebanon di laga internasional. Pertama ada nama Ater James Majok atau yang akrab disapa AJ. Dengan uia 34 tahun, AJ sudah punya pengalaman segudang hampir di seluruh belahan dunia. AJ pernah menjadi juara di liga Belarusia, Slovakia, Divisi II Jerman, Divisi II Liga Cina (NBL), dan juara liga Tunisia. Pemain ini juga berstatus sebagai pilihan ke-58 NBA Draft 2011 oleh Los Angeles Lakers. Sayangnya, ia tak pernah bermain di NBA, ia hanya sempat menjajal NBA G League.

Norvel Pelle (Sumber foto: nba)

Nama kedua adalah Norvel Pelle, yang musim lalu bahkan masih sempat mencicipi NBA. Pelle total tampil 37 kali di NBA bersama empat tim yang berbeda. Perannya memang tak banyak dengan hanya tampil 8,5 menit per gim, tapi kita tahu bersama untuk masuk ke NBA, bukanlah pekerjaan mudah. Pelle yang berusia 28 tahun ini tak terpilih di NBA Draft 2014. Ia berkelana ke berbagai negara seperti AJ sebelum merapat ke Sixers pada 2019.

Sejauh ini, kemungkinan terbaik Indonesia untuk menyulitkan atau bahkan mencuri kemenangan dari Lebanon adalah dengan menurunkan tempo permainan. Tentunya hal ini dimulai dengan pertahanan yang solid lebih dahulu atas upaya-upaya serangan cepat Lebanon. Permasalahannya, selama laga-laga internasional di bawah asuhan Rajko Toroman, Indonesia terlihat selalu kesulitan menghadapi lawan dengan tekanan dan pace tinggi. Pun begitu, dua bulan ke depan rasanya waktu yang lebih dari cukup untuk mempersiapkan skenario-skenario terbaik guna mendekatkan diri ke kemenangan.

Foto: FIBA

 

Komentar