Nama-nama seperti Michael Jordan, Kobe Bryant, LeBron James, Magic Johnson, atau Shaquille O’Neal tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kualitas permainan yang dimiliki bintang NBA di atas bukan hanya menghibur tetapi juga mampu menghipnotis penonton. Karakter mereka di luar lapangan juga mampu menjadi inspirasi bagi banyak orang. Tidak heran kalau mereka memiliki barisan fans fanatik yang siap mendukung dan membela, baik disaat meraih kemenangan atau saat harus menelan pil pahit kekalahan.

Nama Karl Malone mungkin jadi tidak terdengar begitu spesial lagi ketika bicara mengenai bintang atau legenda NBA. Walaupun memiliki tinggi badan 2,06 meter, nama “The Mailman” (julukan Malone) seolah tenggelam bila disandingkan dengan nama-nama mega bintang NBA lainnya. Jika melihat statistik yang dimiliki pemain yang menempati posisi power forward ini, sebenarnya Malone memiliki sederet prestasi yang tidak bisa diremehkan. Ia menempati urutan kedua pemain dengan torehan poin terbanyak dalam sejarah NBA, yakni 36.928 poin, menyabet 2 gelar MVP NBA, 2 gelar All Star MVP All Star, serta 14 kali tampil di NBA All Star, dan sejak tahun 2010 nama Karl Malone menjadi salah satu nama penghuni Hall of Fame.

Namun sayangnya, seiring waktu namanya kini seolah terlupakan. Bahkan ESPN “hanya” menempatkannya pada urutan 17 dalam daftar pemain NBA sepanjang masa. Lalu, apakah ada fans yang masih mengidolakan Mailman hingga saat ini?

Melalui jejaring di dunia maya, saya dipertemukandengan Budhi Purnama Utomo, seorang pengusaha yang juga seorang kolektor kartu basket. Sejak duduk di bangku sekolah menengah atas, Budhi sudah mulai tertarik dengan sosok Karl Malone. Budhi, yang memiliki postur tubuh besar, bahkan menjadikan Malone sebagai inspirasi di lapangan basket. Melalui wawancara via video call, Budhi mengaku menemukan kecocokan dengan gaya permainan Malone. Ia lantas mempelajari gaya permainan Malone dan menerapkannya dalam permainan basket di sekolahnya.

Sebagai seorang fan dan kolektor, Budhi memiliki koleksi lebih dari empat ribu kartu basket Karl Malone serta beberapa collectible items seperti jersei, poster, sampai sepatu idolanya tersebut. Akun Instagram Budhi menjadi saksi atas fanatisme Budhi kepada The Mailman, dan melalui akun Instagram pula fanatisme Budhi membuahkan keajaiban. Berbagai koleksi Budhi yang dibagikan melalui laman Instagram miliknya ternyata menarik perhatian Kay Malone, yang tidak lain tidak bukan merupakan istri Karl Malone. Singkat cerita, Kay kemudian menjadi juru hubung antara Budhi dan Karl Malone yang tidak memiliki akun media sosial digital apapun. Koneksi antara keduanya terjalin dengan sangat baik, hingga pada suatu titik mereka bertukar nomor telepon.

Tanggal 18 Oktober 2013 menjadi hari yang bersejarah bagi Budhi. Tepat di hari ulang tahun anaknya, Budhi juga mendapat kejutan yang terbilang langka, sebuah panggilan telepon. “Hello Budhi, this is Karl. Karl Malone.” Kalimat tersebut awalnya terdengar seperti sebuah prank sebelum akhirnya Budhi sadar bahwa yang sedang berbicara di seberang sana adalah benar-benar Karl Malone. Melalui sambungan telepon itu koneksi antara Budhi dan Karl menjadi lebih dekat.

Empat tahun sejak sambungan telepon bersejarah tersebut Budhi meluangkan waktu untuk berlibur bersama keluarganya ke Amerika Serikat. Kesempatan ini tidak disia-siakannya begitu saja, Budhi mencoba menghubungi Karl untuk bertemu secara langsung dengan idolanya. Sayangnya, setelah dua kali mencoba mengatur jadwal di sela-sela liburannya, Budhi masih belum mendapat kesempatan bertemu dengan Karl.

Tahun 2019 Budhi kembali mendapat kesempatan mengunjungi Amerika Serikat. Setelah melewati berbagai perjuangan dan cobaan termasuk perjalanan panjang dengan rute Orlando-Atlanta-Houston, dan dilanjutkan dengan mengendarai mobil sewaan bersama sang isteri, Budhi berhasil sampai ke kediaman Karl Malone di Ruston, Lousiana. Sebuah kunjungan yang tentunya menjadi catatan sejarah tersendiri bagi Budhi.

Bertepatan dengan Father’s Day, Budhi menyaksikan seorang Karl Malone yang berbeda dengan sosok yang ia saksikan saat bermain basket. Sosok Karl Malone yang dingin dan keras saat berhadapan dengan lawan-lawannya di lapangan basket tidak terlihat sama sekali. Berada di tengah keluarga, anak-anak, dan cucu-cucunya, Karl Malone adalah seorang figur yang bukan saja hangat dan ramah, tetapi juga seorang ayah yang sangat dekat serta peduli dengan keluarganya. Keduanya berbincang hingga lewat tengah malam. Karl Malone bahkan menawari Budhi dan istri untuk menginap di rumahnya. Namun Budhi menolak dan memilih untuk tinggal di hotel tak jauh dari situ. Keesokan harinya mereka pun melanjutkan obrolan di cigar shop miliknya.

Selepas menggantung sepatu basket, Karl Malone mulai menjalani beberapa bisnis yang cukup sukses. Selain cigar shop, Karl juga mengelola beberapa restoran, dealer mobil, toko peralatan memancing dan berburu, hingga usaha alat-alat berat.

Di ujung wawancara, saya iseng bertanya oleh-oleh apa yang ia hadiahkan kepada sang idola. Budhi memberikan beberapa cinderamata kepada Karl berupa kopi, teh, dan berbagai produk khas Indonesia kepada Karl dan keluarga. Sebagai gantinya, Karl membubuhkan tanda tangannya di koleksi kartu basket dan beberapa memorabilia yang dibawa Budhi.

Selain tanda tangan, Karl juga memberikan sesuatu yang spesial sebagai tanda persahabatan mereka. Sebuah foto dirinya bersama Kobe Bryant, Shaq, dan Garry Payton ketika bersama-sama bermain di LA Lakers dengan tanda tangan masing-masing pemain tersebut. Budhi mengatakan hanya ada 5 salinan (copy) dari foto tersebut, masing-masing dimiliki oleh pemain dalam foto itu dan Phil Jackson, pelatih Lakers waktu itu. Foto yang diberikan adalah cetakan yang dimiliki Karl pribadi. Sebuah souvenir yang tidak ternilai harganya bagi Budhi.

Kedekatan Budhi dan Karl Malone bukan lagi sebatas hubungan antara fan dengan idolanya, tetapi sudah menjelma menjadi hubungan pertemanan. Hingga hari ini, Budhi Purnama Utomo masih dikenal sebagai fan fanatik nomor wahid Karl Malone, dan sebagian koleksinya bisa dinikmati publik di Jatim Park, Malang. (*)

Foto: Koleksi Pribadi Budhi Purnama Utomo

Komentar