Seminggu terakhir, IBL merilis dua hal penting untuk pecinta basket Indonesia. Pertama soal tanggal-tanggal penting untuk rencana penyelenggaraan liga musim depan. Di situ tertuang jadwal mengenai standarisasi kontrak pemain. Sementara yang kedua, IBL mengeluarkan rilis tentang status beberapa pemain di liga saat ini. Daftar tersebut termasuk pemain dengan status "restricted free agent" dan "free agent".

Unggahan tersebut ternyata berkaitan dengan transparansi yang mulai dibangun oleh IBL. Khususnya tentang kontrak dan status pemain. Berikut penjelasan Direktur IBL, Junas Miradiarsyah, kepada Mainbasket, mengenai dua hal tersebut:

Kenapa liga mengeluarkan unggahan-unggahan tersebut? Khususnya soal tanggal-tanggal penting dan status pemain?

Untuk masalah itu, liga ingin setiap tahunnya ada kemajuan. Salah satunya, setelah musim berakhir, kami harus langsung merumuskan rencana untuk musim depan. Sebelum tanggal tersebut dirilis, kami sudah sosialisasikan dulu ke klub-klub.

Untuk status pemain, kami sengaja merilis ke publik. Kami bertujuan agar semuanya tahu tentang status kontrak pemain. Untuk publik, mereka bisa mengetahui secara jelas. Sementara untuk klub, mereka bisa langsung melakukan negosiasi dengan pemain yang diinginkan. Khususnya bagi mereka yang free agent.

Sekarang bagaimana soal standarisasi kontrak pemain?

Jadi standarisasi kontrak ini sudah jadi wacana liga dari dua tahun lalu. Tujuannya agar di klub-klub punya klausul kontrak yang sama. Lebih khusus lagi, soal klausul yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pemain, begitu juga hak dan kewajiban klub. Jadi mau pemain baru, pemain lama, klub baru, dan klub lama, semuanya sama. Intinya dari perjanjian itu, pemain dan klub bisa saling mendapatkan keuntungan. Tidak merugikan satu sisi saja.

Bagaimana dengan nilai kontrak? Apakah liga juga akan mengatur itu?

Kami hanya melakukan standarisasi dari poin-poin kontraknya. Apa yang bagus menurut kami ada di satu klub, maka bisa dipakai untuk semua klub. Tetapi liga pada dasarnya tidak mengatur sesuatu yang khas di klub tersebut, seperti benefit, uang saku, dan yang berkaitan dengan anggaran klub.

Prinsipnya, kami ingin melindungi hak-hak pemain dan klub.

Kalau untuk teknisnya seperti apa?

Teknisnya, liga setiap tahunnya mendapatkan salinan kontrak pemain. Dari situ, kami akan menilai mana poin yang bagus, maka akan dipakai secara general di liga. Baik itu saat pembuatan perpanjangan kontrak pemain atau pembuatan kontrak baru. Nanti 10 Juli 2021, kami akan manager meeting untuk membahas poin-poin itu dengan klub-klub.

Sebenarnya, apa dasar liga melakukan standarisasi kontrak pemain?

Untuk sudut pandangnya adalah hak dan kewajiban. Karena setiap tahun ada kasus khusus yang terjadi di liga.

Seperti contohnya, kalau masih ingat soal kasus Bogor Siliwangi. Saat klub tidak bisa membayar gaji pemain, kami di liga memutuskan untuk lisensinya dicabut. Tapi kami hanya bisa sebatas itu saja. Soal kontrak pemain, ternyata tidak bisa diselesaikan. Karena tidak tertuang dalam kontrak. Kami juga tidak bisa mengeluarkan anggaran untuk itu.

Biasanya dalam kontrak pemain, ada pasal tentang pemain indisipliner, maka klub bisa menerapkan sanksi. Tapi sebaliknya, kalau klub tidak bayar gaji pemain, menurut kami tidak semua klub mencantumkan jaminan. Jadi terkesan merugikan pemain. Maka kembali lagi, standarisasi kontrak ini akan melindungi klub dan pemain.

Sekarang soal status pemain. Kenapa liga mengunggah daftar pemain beserta statusnya?

Sebelumnya, kami membuat daftar seperti ini juga setiap tahun. Hanya saja, kami mengirimkannya kepada klub peserta saja. Jadi hanya internal liga saja yang tahu. Sementara, musim ini kami ingin membuat tradisi baru, yaitu daftar status pemain itu diketahui publik.

Apa dasar penentuan status pemain ini?

Tentunya kami tidak keluar dari peraturan yang ada. Kembali lagi ke definisi dua istilah itu. Restricted Free Agent maksudnya pemain yang sudah habis kontraknya dengan klub, namun belum dua tahun masa kontrak itu berakhir. Sementara untuk free agent adalah pemain yang sudah habis kontraknya lebih dari dua tahun, dan tidak bermain di kompetisi IBL.

Untuk daftar tersebut, khususnya pemain free agent, kami mengacu pada kontrak pemain yang pernah tampil di liga, serta pemberitaan mengenai pensiun pemain. Kalau pemain tersebut pernah menyatakan pensiun, maka tidak dicantumkan.

Namun soal kesediaan pemain, itu tergantung dari masing-masing individu. Misalnya kalau mereka sudah tidak bermain di liga lebih dari tiga tahun tapi masuk daftar itu, maka belum tentu dia bersedia main. Karena liga tidak bisa melakukan konfirmasi satu per satu. Semuanya kami serahkan sepenuhnya ke klub dan pemain tersebut.

Menurut saya, banyak alasan pemain pensiun. Misalnya Komink (Ponsianus Nyoman Indrawan). Awalnya dia pensiun karena ingin dekat dengan keluarga. Tetapi ketika ada klub yang membutuhkan tenaganya, dan kebetulan berasal dari Bali, maka dia bersedia tampil lagi.

Apakah jumlah pemain "free agent" di daftar tersebut sudah final?

Tentu tidak. Daftar itu bisa berubah-ubah seiring perkembangan dinamika bursa transfer. Bisa jadi pemain yang tidak ada dalam daftar "free agent" ternyata bersedia tampil lagi. Itu mungkin saja terjadi. Kami akan terus menambahkan daftar tersebut untuk musim-musim selanjutnya.

Kembali lagi, semua terserah individu masing-masing. Kalau mereka berstatus "free agent" dan masih mau main lagi. Maka kami membuka kesempatan seluas-luasnya.

Latar belakang kami mengeluarkan daftar ini juga berkaitan dengan tim baru. Kami sedang memproses penambahan tim baru di liga setiap tahunnya. Dengan daftar ini, maka mereka bisa tahu siapa saja pemain basket yang ada di Indonesia. Soal negosiasi, kami serahkan pada klub masing-masing.

Bagaimana soal situasi kontrak di liga saat ini?

Kami mendapatkan data, untuk pemain di liga saat ini, per Juli 2021, ada sekitar 19,7 persen pemain yang kontraknya habis. Dengan kata lain dia berstatus restricted free agent. Kemudian yang akan habis, atau habis kontrak sebelum Januari 2022, ada sekitar 51,2 persen. Sedangkan pemain yang masih punya kontrak dengan klubnya sampai akhir musim 2022 ada sekitar 29 persen.

Kenapa kontrak habis sebelum liga dimulai jumlahnya banyak?

Ada indikasi bahwa tahun ini, beberapa pemain dengan kontrak multitahun sudah berakhir. Seperti contohnya Hardianus Lakudu dengan Satria Muda Pertamina Jakarta. Sepertinya ada banyak pemain yang bakal negosiasi ulang dengan klubnya, atau dia pindah ke klub baru.

Sebelum itu terjadi, atau sebelum itu dilakukan, maka liga lebih dulu melakukan standarisasi kontrak. Nantinya kami akan beritakan lagi soal perkembangan terbaru di liga. Kami ingin melakukan transparansi berbagai hal di liga. (tor)

Foto: Hariyanto - IBL Indonesia

Komentar