Partai Final NBA 2021 akan dimulai besok. Masih menggunakan sistem tujuh laga (best of seven), Phoenix Suns yang finis dengan rekor menang-kalah terbaik kedua di liga berhak mendapatkan keuntungan laga kandang. Oleh karena itu, dua gim awal akan digelar di Phoenix Suns Arena. Dua laga selanjutnya akan berpindah ke Fiserv Forum. Kemudian saling berbagi satu laga, kembali ke Phoenix lalu Milwaukee dan gim tujuh akan digelar di Phoenix.
Untuk saya pribadi, ini adalah final pertama NBA dalam satu dekade terakhir di mana tidak ada tim yang benar-benar dalam posisi diunggulkan. Meski Giannis Antetokounmpo adalah MVP NBA dua musim ke belakang, Bucks tak serta-merta menjadi unggulan. Catatan musim reguler yang tak terlalu dominan dan fakta bahwa Bucks harus melalui dua seri terkahir lewat setidaknya enam gim cukup menunjukkan bahwa mereka bukanlah unggulan.
Pun demikian dengan Suns. Meski memiliki rekor apik musim ini (51-21), tim ini adalah tim debutan playoff. Terakhir kali mereka lolos ke playoff terjadi 10 tahun yang lalu. Mereka adalah tim pertama yang berhasil melaju ke final setelah 10 musim beruntun tak lolos ke playoff.
Meski CP3 adalah pemain berpengalaman dan memiliki kemampuan mumpuni, ini adalah final pertamanya. Satu-satunya pemain dari kedua tim yang pernah mencicipi final adalah Jae Crowder. Itupun hanya sekali, musim lalu bersama Miami Heat. Kita tahu bersama, Heat gagal juara.
Seperti yang kami tulis di Instagram @mainbasket , ini adalah pertarungan para underdog. Kedua tim adalah underdog. Brooklyn Nets, Philadelphia 76ers, Los Angeles Lakers, dan Los Angeles Clippers adalah unggulan juara di awal musim ini. Rasanya hanya orang fanatik dan suka bertaruh yang menempatkan Suns atau Bucks sebagai tim unggulan juara di awal musim.
Lantas bagaimana kemungkinan pertarungan keduanya di final? Secara rekor pertemuan di musim reguler, Suns unggul (2-0). Menariknya, dua kemenangan tersebut terjadi dengan selisih hanya satu poin. Bahkan, di gim kedua, Suns dan Bucks harus melalui babak tambahan waktu untuk mencari pemenang. Kondisi ini semakin mensejajarkan keduanya untuk partai final.
Secara statistik, kita tidak akan membahas musim reguler. Beruntungnya, NBA selalu memperbarui statistik mereka dengan cepat. Di playoff sendiri, Suns memiliki efektivitas tembakan (eFG%) lebih baik dari Bucks. Suns menorehkan 54,4 persen sedangkan Bucks 52,2 persen. Perlu diketahui, dalam rancangan statistik basket, eFG% adalah faktor terbesar dalam menyumbang kemenangan.
Keunggulan Suns tentunya didorong dari apiknya komposisi pemain mereka. Seperti yang sudah kami ulas di artikel "Di Balik Dominasi Phoenix Suns Musim Ini," Suns membangun skuatnya dengan apik. Mereka punya dua pembawa bola utama dengan jarak tembakan tak terbatas dalam diri CP3 dan Devin Booker.
Keduanya bisa menerobos ke area kunci, menembak secara catch n shoot, menciptakan tembakannya sendiri, menembak dari tripoin, apalagi mid-range. Ya, area mid-range adalah area yang disukai keduanya. Saya yakin, jika diharuskan memilih, keduanya pasti memilih mid-range setiap saat ketimbang tripoin.
Hal ini semakin terbukti dengan statistik. Dari seluruh tembakan yang ia buat sendiri (bukan catch n shoot), 42 persen tembakan Booker tercipta di area dua poin (perimeter). Sedangkan 19,3 persen di antaranya tercipta di tripoin. Booker rata-rata melepaskan 8,8 tembakan perimeter per gim sedangkan untuk tripoin hanya 4,0 percobaan per gim. Tembakan yang masuk kategori pull ups ini merupakan tembakan yang paling sering Booker lepaskan. Sebanyak 61,9 persen tembakan Booker terjadi dengan proses pull ups, 13,0 persen catch n shoot, dan 24,5 persen melalui layup atau floater dengan jarak kurang dari 10 kaki dari ring.
CP3 bahkan lebih "parah." Hanya tujuh persen tembakannya sepanjang playoff yang berasal dari pola catch n shoot dan 11,5 persen terjadi di area dekat ring melalui layup atau floater. Sisanya, atau 81,0 persen tembakan CP3 adalah pulls up di mana 66,5 persen di antaranya tercipta di area perimeter. CP3 hanya melepaskan rata-rata 2,1 percobaan tripoin per gim. Kedua pemain ini adalah pemain kuno di era modern, analog di era digital.
Lantas, bagaimana Suns bisa bertahan dengan dua pemain analog di era digital ini? Mereka punya barisan pemain pendukung (role players) yang tangguh untuk tripoin. Mikal Bridges dan Jae Crowder adalah dua nama utama di barisan starter. Dari keduanya saja, Suns mendapatkan 11 percobaan tripoin per gim dengan akurasi 36 persen. Jika terlihat buntu, Monty Williams tak terlalu khawatir karena ia punya duo Cameron yang juga siap membantu, Johnson dan Payne.
Cam Johnson adalah penembak tripoin sudut (corner) terbaik sepanjang playoff dengan 56 persen. Akurasi tripoin keseluruhannya di playoff adalah 45 persen. Di Final Wilayah Barat lalu, Cam memiliki rataan hampir 11,0 poin per gim dengan akurasi 70 persen. Ditambah dengan kemampuan bertahan yang lumayan mumpuni, Cam Johnson bisa jadi opsi terbaik dari bangku cadangan Suns.
Cam Payne memang tak memiliki akurasi tripoin sebaik Johnson, tapi dengan gaya bermainnya, dengan perannya sebagai pembawa bola, akurasi tripoin 36 persen masih cukup lumrah. Bedanya lagi, jika Johnson berbahaya di proses catch n shoot saja, Payne bisa juga berbahaya di area mid-range dan penetrasi ke area kunci.
Suns juga masih punya Torrey Craig dan Dario Saric yang sekali lagi bisa menjadi sebuah kejutan untuk Bucks. Keduanya memiliki akurasi tripoin di atas 40 persen selama playoff tapi hanya dari tidak sampai 2,0 percobaan per gim. Meski datanya terlalu kecil, selama hanya proses catch n shoot saja, keduanya masih bisa diandalkan.
Jika nantinya tembakan-tembakan mereka gagal, Suns masih punya Deandre Ayton yang selalu siap sedia di bawah ring, bertarung dengan bigman lawan untuk rebound. Ayton memiliki persentase offensive rebound di angka 9,9 persen, tertinggi di antara seluruh pemain yang ada di final.
Sayangnya, Suns memang hanya sepenuhnya bergantung pada Ayton untuk rebound, apalagi offensive rebound. Secara tim, Suns adalah tim dengan persentase offensive rebound terendah kedua di playoff dengan 23,7 persen. Mereka tertinggal jauh dari Bucks yang jadi tim kedua terbaik persentase offensive rebound dengan 30,8 persen. Ini adalah satu-satunya keunggulan Bucks dari Suns di antara empat faktor penunjang kemenangan.
Selain kalah di efektivitas tembakan, Bucks juga kalah di persentase turnover serta percobaan tembakan gratis (free throw). Untuk tembakan gratis, jarak keduanya tidak terlalu jauh, tidak sampai satu persen bahkan. Keduanya adalah dua dari tiga tim dengan persentase percobaan tembakan gratis paling kecil di playoff. Hal ini memungkinkan kita akan melihat gim yang jarang berhenti karena keduanya jarang sekali mendapatkan tembakan gratis.
Namun, Suns mungkin akan berubah pikiran jika nantinya Giannis bermain. Buruknya akurasi tembakan gratis Giannis bisa menjadi opsi Suns untuk melakukan pelanggaran yang disengaja atau 'Hack a Freak." Giannis kalau mengikuti bahasa sekarang memang sudah cukup "kena mentalnya" saat melakukan tembakan gratis.
Masalah Bucks lainnya adalah turnover. Suns memiliki rata-rata turnover 12,0 persen sedangkan Bucks 13,4 persen. Perbedaan hampir 1,5 persen ini bisa cukup mengubah jalannya pertandingan. Bisa diibaratkan begini, Bucks akan mendapatkan lebih banyak upaya tembakan tambahan dengan giatnya mereka melakukan offensive rebound. Namun, jarak itu akan terpangkas karena Bucks ceroboh dalam membawa bola, berujung turnover, dan bola kembali pada Suns.
Ya, secara statistik akhirnya kita tahu bahwa Suns cukup unggul atas Bucks. Namun, bukan berarti Suns tak memilki celah untuk dimanfaatkan Bucks. Selain offensive rebound tadi, Suns juga tim yang cukup kesulitan saat lawan menggunakan pertahanan zona (zone defense.) Bisa dilihat di gim 5 Suns melawan Clippers. Clippers kala itu memutuskan turun dengan small line-up dan melakukan zone defense. Zone defense ini cukup menyulitkan untuk CP3 dan Booker mencari lokasi-lokasi menembak favorit mereka di elbow.
Untuk saya pribadi, ini akan berhasil jika Bucks tak menggunakan Brook Lopez di senter. Pasalnya, Brook memiliki pergerakan yang terbilang lamban. Hampir di setiap pick n roll, Brook selalu memberi jarak pada pembawa bola dengan menunggu di bawah ring. Melawan CP3 dan Booker, ini haram dilakukan.
Jika Giannis tak bisa bermain, maka komposisi yang saya sarankan untuk Bucks adalah Jrue Holiday, Pat Connaughton, Khris Middleton, P.J Tucker, dan Bobby Portis. Jika Giannis main pun, yang diganti sebaiknya Portis. Tim ini butuh ancaman tambahan di tripoin dengan tak kehilangan atletisme mereka serta memudahkan tukar jaga dalam matchup. Brook akan menjadi beban atau sasaran menghadapi tim dengan mobilitas tinggi seperti Suns. Pilihan lain adalah mengganti Pat dengan Bryn Forbes, penembak tripoin terbaik Bucks sepanjang playoff.
Kondisi Giannis akan menjadi penentu jalannya final NBA ini. Meski begitu, bukan serta-merta kembalinya Giannis akan membuat Bucks membalikkan peruntungan mereka. Bucks harus melakukan banyak pekerjaan demi mencuri kemenangan. Pertama, tentunya menurunkan efektivitas tembakan Suns. Caranya, bertahan dengan lebih fisikal selayaknya yang ditunjukkan Clippers.
Kedua, harus mengurangi kesalahan-kesalahan fundamental dalam menguasai bola. Tidak boleh ada poin cuma-cuma untuk Suns yang meski tidak banyak mendapatkan percobaan tembakan gratis, akurasinya sangat bagus. Suns adalah tim dengan akurasi tembakan gratis terbaik kedua di playoff dengan 86,2 persen. Defense keras, menyulitkan Suns, dan tidak boleh foul.
Terakhir, Bucks bisa berharap, mendukung, dan berdoa supaya Middleton dan Holiday bisa agresif dan konsisten sepanjang gim. Kita memang bisa melihat beberapa kali keduanya menjadi top skor tim.
Akan tetapi, keduanya masih belum menunjukkan konsistensi dari kuarter pembuka sampai akhir. Terkadang hanya panas di saat-saat tertentu. Di final, hal ini tidak bisa dikompromikan lagi. Sebagai opsi pertama dan kedua serangan Bucks (tanpa Giannis), Middleton dan Holiday harus fokus sejak awal.
Menutup rangkaian ini, saya tentu tak bisa diam saja tak menyebutkan angkanya kan. Suns akan menang dalam enam gim.
Foto: NBA