Puma dan organisasi The Black Fives baru saja merilis dua edisi sepatu. Cerita kolaborasi yang diusung adalah tentang dunia basket di era diskriminasi rasial di Amerika Serikat pada 1903-1950. Mereka menggunakan siluet Puma Suede dan Suede Mid sebagai pilihan bagi calon pembeli.
Sebuah sepatu berpotongan rendah berwarna biru safir dengan detail kuning jadi pilihan utama. Puma sekaligus ingin mempromosikan lebih jauh varian Suede yang sudah jadi andalan selama lebih dari 50 tahun.
Satu lagi varian adalah Puma Clyde Mid. Ini jadi varian kedua sekaligus memperkenalkan kembali versi tinggi Puma Clyde, sepatu signature atlet basket pertama di dunia yang dimiliki oleh Walter “Clyde” Frazier. Versi setinggi mata kaki yang jadi pilihan bagi mereka penyuka sepatu berkerah sedang atau tinggi. Warna putih gading yang dihias dengan ornamen seakan sudah usang.
Puma merilis pula paket pakaian olahraga bersama The Black Fives.
Bagian paling kentara adalah pada sisi luar, tepat di bawah mata kaki. Tersemat tulisan “Make history nor…” atau yang bermakna “Buatlah sejarah sekarang juga”. Itu adalah slogan dari yayasan The Black Fives yang terus digaungkan hingga kini.
Sepatu ini memiliki nilai cerita mendalam bagi perkembangan dunia basket Negeri Paman Sam. NBA mulai menjalankan liga dengan menyatukan ras putih dengan afrika-amerika pada 1950. Sebelum itu, olahraga basket di Amerika Serikat terbagi ke dalam kompetisi berdasarkan warna kulit. Masa tersebut dinamai era The Black Fives.
Dalam era tersebut, masyarakat Afro-Amerika dilarang bermain basket secara terbuka di fasilitas yang dibikin oleh kalangan berkulit putih. Pun tidak diperbolehkan berkompetisi untuk level setara. Alhasil, mereka mendapati diskriminasi baik secara fasilitas dan kompetisi. Akan tetapi, ada banyak cara dilakukan agar tetap bisa bermain basket walau dengan kekangan seperti itu.
Melalui liputan yang diterbitkan The New York Times pada 20 Maret 2014, disebutkan bahwa kabar ini terkubur di bawah sorotan media hingga 2011. Acara New York Historical Society menampilkan catatan seorang ramaja afro-amerika bernama Rosena Disery yang lahir pada 1820. Disery menulis tentang The Black Fives, atau satu tim basket berisi lima orang dari kalangan kulit hitam yang bermain di lapangan.
Harlem Globetrotters dan New York Renaissance, atau cukup disebut dengan The Rens, adalah dua tim yang paling menguasai selama masa The Black Fives. The Rens bahkan sempat dipertandingkan melawan tim dari kalangan kulit putih karena dianggap terlalu jago di level kulit hitam. Berbeda dengan Globetrotters yang kemudian beralih sebagai tim freestyle hingga sekarang.
Bayangkan saja bila peraturan pemisahan liga berdasarkan warna kulit masih ada hingga kini. Kita tidak akan bisa melihat banyak sekali pemain-pemain jago bermain di NBA. Sepertinya justru lebih banyak yang jago dari kalangan afro-amerika. Michael Jordan, Kobe Bryant, LeBron James, Kevin Durant, James Harden, Shaquille O’Neal, Allen Iverson, dan masih banyak lagi.
Puma Suede x The Black Fives
Puma Clyde Mid x The Black Fives
Foto: Puma