Phoenix Suns semakin menunjukkan ketangguhan mereka di perjalanan playoff kali ini. Usai membekuk Los Angeles Lakers dalam enam gim di ronde pertama, Suns kini sedang unggul (3-0) atas Denver Nuggets. Suns memenangi gim 3 dengan skor 116-102 dan berpeluang mengakhiri musim Nuggets di gim 4, lusa.
Jujur, saya tidak memiliki ekspektasi setinggi ini terhadap Suns di awal musim. Pun demikian, saya cukup tertarik dengan perkembangan tim ini mengingat di "gelembung" NBA musim lalu, mereka tak terkalahkan di delapan gim dan nyaris lolos ke playoff. Di sana, Suns sudah menunjukkan gelagat akan menjadi sebuah ancaman untuk NBA di masa-masa mendatang.
Saat itu pula, saya bisa melihat barisan pemain muda yang akan menjadi tulang punggung tim ini. Devin Booker jelas pilihan utama. Lalu ada Deandre Ayton yang menjadi andalan satu-satunya di area kunci.
Kemudian muncul Mikal Bridges, Cameron Johnson, Cameron Payne, serta Dario Saric. Meski Bridges, Johnson, dan Saric adalah lottery pick, mereka bisa disebut sebagai pemain yang selalu berada di bawah radar. Saric bahkan sudah berpindah tim dua kali sebelum merapat ke Suns.
Saya lantas cukup tertarik ketika tim ini mendapatkan dua pemain veteran jelang musim dimulai, Chris Paul dan Jae Crowder. Bicara CP3, rasanya tak perlu banyak penjelasan. Seluruh tim yang ia bela, otomatis menjadi tim yang lebih baik, baik secara mental (penampilan di lapangan) dan data.
Kehadiran Jae membuat tim ini lebih menarik lagi. Pasalnya, Jae datang dari penampilan gemilang bersama Miami Heat di final musim lalu. Jae berperan sebagai glue guy atau pemain yang menempel pemain sayap terbaik lawan.
Bisa dibilang, ia ibarat Draymond Green di Golden State Warriors. Bedanya, jika Draymond kuat di umpan-umpannya, Jae berbahaya dengan tripoinnya. Musim ini akurasi tripoin Jae mencapai 39 persen dari 6,3 percobaan per gim.
Kehadiran CP3 dan Jae membuat Suns menjadi tim yang sempurna secara karakter permainan. Pada 1 Desember 2017 lalu, kami sempat merilis artikel mengenai pembagian peran dalam sebuah tim basket di era modern ini.
Mereka dibagi berdasarkan karakteristik permainan serta statistik yang mereka bukukan. Untuk sebuah tim juara, dari data yang ada, maka setiap tim wajib terdapat minimal satu pemain 3DBH, satu pemain OBH/SBH, tiga pemain 3-D, satu pemain 3R/3-PP, dua pemain SPP. Sisanya, bisa dikondisikan sesuai strategi permainan tim.
(Baca juga: Rekomendasi Pembagian Peran Pebasket Modern Berdasarkan Statistik dan Mekanika)
Penjelasan mengenai apa peran-peran tersebut ada di artikel terkait. Namun, jika kita berkaca kepada Suns, maka kita bisa melihat tim ini memiliki susunan yang cukup serupa. Untuk 3DBH, Suns bahkan memiliki CP3 dan juga Booker. Kedua pemain yang bisa menciptakan tembakan mereka sendiri sekaligus menjadi fasilitator untuk tim. Keduanya juga masih tangguh dalam bertahan dan memiliki jarak tembak yang luas.
Suns lantas memiliki Bridges dan Jae yang berperan sebagai 3D. Mereka bahkan mempersiapkan pelapis keduanya dengan mendatangkan Torrey Craig di tengah musim. Craig jadi salah satu pemain cadangan penting untuk Suns sepanjang playoff ini.
Jika idealnya hanya butuh satu pemain 3R/3PP, Suns bahkan memiliki tiga pemain dengan karakter ini. Saric dan Cam Johnson jadi dua pilihan utama sedangkan Frank Kaminsky mengisi barisan cadangan. Untuk satu posisi SPP, Suns sudah menentukan pilihan mereka di draft lalu dengan memilih Ayton ketimbang Luka Doncic atau Trae Young.
Susunan pemain ini jadi salah satu alasan utama mengapa Suns benar-benar sulit ditaklukkan. Satu catatan hebat lagi, dari seluruh pemain Suns, tercatat hanya empat pemain yang memiliki efektivitas tembakan (eFG%) di bawah rata-rata liga (52 persen).
Menariknya, dua dari empat nama tersebut sebenarnya masih menorehkan eFG% di angka 50 persen. Dua nama yang di bawah 50 persen adalah Jalen Smith dan Ty-Shon Alexander, dua nama yang saya yakin tak familiar di telinga Anda.
Suns seolah tak punya cela untuk ditembus lawan-lawan mereka, apalagi Nuggets. Saya pun tak yakin jika ada Jamal Murray apakah hasil akan berbeda. Secara output skor untuk Nuggets mungkin berbeda, tapi saat bertahan, rasanya tak akan signifikan. Suns memang selayaknya mendominasi ronde ini.
Atas dasar teori pembentukan tim terbaik itu, maka saya cukup yakin bahwa final Wilayah Barat akan mempertemukan Suns dengan Utah Jazz. Pasalnya, kedua tim memiliki komposisi pemain yang memang serupa dengan teori tersebut. Sedikit perbedaan yang membuat Jazz mungkin sedikit lebih berbahaya dari Suns adalah kehadiran dua nominasi (satu pemenang) Sixthman of the Year, Joe Ingles dan Jordan Clarkson.
Kedua pemain ini menunjukkan konsistensi tinggi untuk memimpin barisan cadangan Jazz. Namun, seperti yang kita lihat sekarang, Jazz ada kendala dalam cedera. Mike Conley absen dan membuat Ingles naik menjadi starter. Ini menyebabkan Jazz hanya bisa bergantung pada Clarkson dari bangku cadangan. Memang, ada nama-nama seperti Derrick Favors, Georges Niang, dan Ersan Ilyasova, namun konsistensi tak pernah ada di diri mereka.
Menarik melihat bagaimana dua pemuncak klasemen akhir Wilayah Barat ini akan menutup ronde ini. Saya pribadi cukup yakin Suns akan menyapu bersih Nuggets selama tidak ada pemain yang cedera atau skenario buruk lainnya. Untuk Jazz pun demikian, selama tidak ada cedera tambahan, atau justru jika Conley kembali, maka ronde ini akan berakhir lebih cepat dan kita akan melihat final wilayah ideal nantinya.
Foto: NBA