Penyanyi rap, J.Cole membuat serangkaian gebrakan sepanjang minggu lalu. Selain menelurkan album barunya yang bertajuk "The Off-Season", Cole juga menjajal peruntungannya di basket profesional. Ia terbang ke Afrika, tepatnya ke Rwanda untuk membela Rwanda Patriots di ajang Basketball Africa League (BAL).

Jika Anda merasa asing dengan nama liga ini, Anda tidak salah. BAL sendiri baru dimulai musim ini. Tak seperti liga-liga lain, BAL adalah sebuah kolaborasi dari FIBA dan NBA dalam mengembangkan basket di Afrika. Sejatinya, ide ini sudah ada sejak 2019. Namun, realisasinya baru terjadi di 2021 karena pandemi korona. Ini adalah kolaborasi perdana NBA dalam menggelar sebuah liga di luar Benua Amerika bagian utara.

Dalam prosesnya, BAL diikuti oleh 12 tim dari 12 negara Afrika. Enam tim peserta adalah tim-tim yang memenangi gelar di liga domestik masing-masing. Sedangkan enam lainnya harus melalui babak kualifikasi yang diselenggarakan di akhir 2019 lalu. Seluruh tim tersebut akan dipecah menjadi tiga grup (masing-masing berisi empat tim). Laga babak grup ini akan digelar pada 16-23 Mei 2021.

Dua tim teratas dari masing-masing grup berhak lolos ke playoff. Nantinya, ada tambahan dua tim untuk melengkapi kuota delapan tim playoff. Dua tim itu datang dengan status peringkat tiga terbaik (satu peringkat tiga terleminasi). Seluruh babak playoff menggunakan sistem gugur atau single elimination sampai pada partai final yang rencananya digelar pada 30 Mei nanti. Rangkaian musim BAL ini seluruhnya diselenggarakan di Kigali, Rwanda.

"Ini (BAL) adalah sebuah perjalanan panjang selama beberapa dekade terakhir dari beberapa orang untuk mewujudkannya," buka Amadou Fall kepada The Undefeated. "Kami berharap ini mampu mengembangkan basket lebih masif lagi di Afrika sendiri dan di dunia secara global. Kami berharap BAL juga bisa menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi utamanya pada ekosistem langsung yang berhubungan dengan industri olahraga, imbuhnya.

Ya, BAL bukanlah sekadar liga atau turnamen basket. Lebih dari itu, ini adalah oase baru di benua Afrika untuk mengembangkan basket dan industri olahraga. Seperti diketahui, bicara bakat, Afrika tentunya tidak kalah. Namun, dengan perkembangan industri olahraga yang rendah, fasilitas pun tak memadai, bakat-bakat tersebut jadinya terbengkalai. Atau lebih buruk lagi, mereka akhirnya berpindah tempat dan membela negara lain sebagai pemain naturalisasi.

Di musim pertama ini sendiri, BAL masih dalam tahap pengenalan. Oleh karena itu, nama seperti J.Cole juga merapat. Ada satu mantan pemain NBA bernama Ben Uzoh yang juga bermain di sini. Tercatat pula ada 10 nama pemain yang pernah bermain di NBA G League dan 21 pemain yang tercatat bermain di Divisi I NCAA.

Harapannya, di masa mendatang, barisan pemain Afrika tak perlu meninggalkan rumah mereka lebih cepat ke Amerika Serikat atau negara-negara Eropa untuk mengejar mimpi atau kestabilan ekonomi. Nantinya, BAL berharap bisa jadi batu loncatan pemain-pemain tersebut untuk mengawali perjalanan panjang mereka di dunia profesional. (DRMK)

Foto: BAL

Komentar