Melihat nomor jersei-nya saja, atau hanya sekadar mendengar nama depan dan inisialnya, semua penggemar basket sudah hafal dengan tiga sosok ini. Begitu besar kharisma yang dimiliki seorang Tim Duncan, Kevin Garnett, dan mendiang Kobe Bryant. Dalam perjalanan kariernya, ketiga pemain tersebut selalu jadi langgaran All-Star, peraih penghargaan individu, juara NBA, MVP, dan bahkan jaminan medali emas di ajang internasional bila mereka tampil bersama timnas Amerika Serikat. Dan, sekarang penghormatan tertinggi akan disematkan. Pada Sabtu malam, 15 Mei 2021, waktu Amerika Serikat, mereka akan masuk anggota Naismith Memorial Basketball Hall of Fame.
Acara ini seharusnya digelar tahun lalu. Tapi karena pandemi Covid-19 melanda dunia, maka upacara penghormatan untuk Hall of Fame ditunda sampai satu tahun.
"Ketika kelompok ini, Class of 2020 dilantik menjadi Hall of Fame nanti, mungkin ini jadi salah satu kelompok terhebat sepanjang masa. Maksud saya, ada tiga pemain besar yaitu Kobe, Garnett, dan Duncan yang masuk dalam grup ini," kata Jerry Colangelo, ketua Dewan Gubernur Hall of Fame, dikutip dari Associated Press.
Selain tiga pemain legendaris NBA tersebut ada pelatih LSU wanita Baylor Kim Mulkey, kemudian mantan pelatih Bentley Barbara Stevens. Peraih empat medali emas Olimpiade Tamia Catchings, lalu Rudy Tomjanovich yang juara dua kali saat menjadi pelatih NBA, serta mendiang Eddie Sutton. Satu lagi yang tak kalah istimewa yaitu penghormatan untuk mantan sekretaris jenderal FIBA, mendiang Patrick Baumann. Jadi penghargaan untuk Kobe Bryant, Eddie Sutton, dan Patrick Baumann akan diberikan kepada keluarganya, karena mereka bertiga sudah meninggal.
Kembali lagi ke tiga pemain legendaris NBA, Bryant Garnett, dan Duncan. Ternyata kalau rekor-rekor mereka digabungkan, maka akan tercipta angka-angka yang fantastis. Ketiganya berhasil merebut 11 kali gelar juaraa NBA (Bryan dan Duncan masing-masing lima kali). Ketiganya tampil di All-Star sebanyak 48 kali. Poin ketiga pemain tersebut kalau dikumpulkan jumlahnya 86.000 poin. Bryant adalah pencetak poin terbanya ke-4 dalam sejarah NBA, Duncan ada di peringkat 15, dan Garnet di urutan 18. Serta gaji mereka bila digabungkan bisa mencapai nilai AS$900 juta.
"Saya berpikir bahwa kami bertiga saling mendorong satu sama lain untuk menjadi yang terbaik. Bisa masuk ke Class of 2020, bersama mereka membuat saya merasa terhormat," kata Garnett tahun lalu, setelah dirinya tahu bakal dilantik bersama Bryant dan Duncan.
(Sumber foto: SLAM)
Garnett adalah pribadi yang keras. Dia bisa memancing emosi lawan. Seperti Kobe Bryant, Garnett langsung ke NBA setelah tamat sekolah menengah. Namun tidak butuh waktu lama untuk membuatnya jadi sorotaan dunia. Selama 21 musim di NBA, Garnett pernah membela Minnesota Timberwolves, Boston Celtics dan Brooklyn Nets, dengan rata-rata 17,8 poin, 10,0 rebound, dan 3,7 asis per pertandingan.
Pelatih Philadelphia 76ers Doc Rivers, pernah mengasuh Garnett ketika bermain di Boston Celtics. Dia menyimpan kenangan manis bersama Garnett, termasuk gelar juara NBA 2008.
"Hal yang saya ingat dan tidak akan pernah saya lupakan tentang Kevin, yaitu dia hanya ingin menang. Kevin tidak pernah bisa menerima kekalahan," kata Rivers.
(Sumber foto: forbes.com)
Beralih ke Tim Duncan. Selama 19 musim di NBA, Duncan mencetak rata-rata 19,0 poin, 10,8 rebound, 3,0 asis, 2,2 blok per pertandingan bersama San Antonio Spurs. Dulunya, Duncan merupakan pemain terbaik NCAA tahun 1997 di Wake Forest. Duncan langsung jadi ruki terbaik saat dirinya merintis karier di NBA. Tahun berikutnya, dia meraih gelar juara, dan begitu seterusnya sampai menjadi ikon Spurs.
"Pada tingkat profesional, cara paling ringkas untuk mengatakannya adalah 'No Duncan, No Champion'," kata kepala pelatih Spurs Gregg Popovich, yang melatih Duncan sepanjang kariernya.
Kenangan tentang Duncan adalah sososk yang sederhana. Dia tidak suka jadi sorotan. Bahkan hingga dirinya pensiun, tidak banyak yang tahu kalau Duncan keluar-masuk staf kepelatihan Spurs. Dia lebih suka dengan kesederhanaan. Karena Duncan punya prinsip bahwa sederhana tidak akan menghalangi orang untuk menjadi hebat.
(Sumber foto: Philadelphia Inquirer)
Terakhir ada Kobe Bryant yang mampu mencetak rata-rata 25,0 poin, 5,2 rebound, dan 4,7 asis per gim dalam 20 musim di NBA. Semuanya bersama Los Angeles Lakers. Dia pernah mencetak 81 poin, yang jadi catatan tertinggi kedua dalam satu pertandingaan NBA pada tahun 2016. Kobe Bryant juga mencetak 60 poin dalam pertandingan terakhir NBA, atau tepat dua tahun sebelum memenangkan Academy Award.
Dari dulu hingga sekarang, sampai dia meninggal, Kobe Bryant tetaplah seorang pemain yang ikonik. Pemain Philadelphia 76ers Joel Embiid, yang juga kandidat MVP musim ini, mengatakan bahwa pertandingan NBA pertama yang dia lihat adalah Los Angeles Lakers dan Kobe Bryant. Embiid langsung terpesona, dan sampai sekarang masing sering menyaksikan cuplikan pertandingan Kobe Bryant di media sosial.
"Dia (Kobe Bryant), membuat saya jatuh cinta pada bola basket. Dia adalah pemain favorit saya. Ketika memperhatikan cara saya bermain bola basket dan gerakan yang telah saya latih, semuanya datang dari Kobe. Dia inspirasi saya. Saya merindukan Kobe Bryant," kata Embiid.
Acara Nasihmith Memoriala Basketball Hall of Fame tahun ini akan berlangsung di Uncasville, Connecticut, Amerika Serikat. Banyak pemain legendaris yang hadir, termasuk Michael Jordan yang diminta oleh Vanessa Bryant untuk berpidato mengenang Kobe Bryant. (tor)
Foto: nba.com/india