Philadelphia 76ers menjalani salah satu musim reguler terbaik mereka, utamanya dalam satu dekade terakhir. Di tengah kehadiran tim super Brooklyn Nets dan kekuatan tangguh Milwaukee Bucks, Sixers membuka jarak hingga sementara duduk di peringkat teratas Wilayah Timur dengan (47-21). Sixers juga sedang dalam laju delapan gim tak terkalahkan.

Penampilan salah satu kandidat MVP musim ini, Joel Embiid, memang menjadi kunci utama laju Sixers cukup kencang. Namun, untuk Doc Rivers, Kepala Pelatih Sixers, tim yang ia tangani tak semata bergantung pada Embiid. Ia masih memiliki Tobias Harris dan juga Ben Simmons. Nama yang terakhir disebut adalah pemiliki rataan asis dan steal terbanyak untuk Sixers sejauh ini dengan 6,9 asis plus 1,6 steal.

Meski Ben memiliki catatan apik sebagai fasilitator dan pemain bertahan, komentar miring mengenai kemampuan menembaknya masih terus meluncur dari berbagai penjuru. Hal ini pula yang memancing Doc memberi komentar dalam sebuah sesi wawancara terbaru dengan Sports Illustrated. “Komentar orang-orang di luar sana (tentang kemampuan menembak jarak jauh Ben) benar-benar konyol,” buka Doc.

“Sebelum menembak tripoin menjadi sangat populer seperti sekarang ini, ada seorang pemain bernama Magic Johnson. Tidak ada satupun orang yang peduli apakah ia bisa menembak tripoin atau tidak kala itu. Seluruh orang yang melihatnya bermain sudah cukup terkesima atas apa yang ia tampilkan di lapangan tiap gimnya,” imbuhnya.

“Saya harap kita semua bisa melihat Ben seperti itu (seperti Magic), ketimbang memintanya menembak tripoin seperti Stephen Curry. Ia bukanlah Steph, ia tidak akan menjadi Steph. Pun demikian, Steph tidak akan mampu menjadi Ben. Jika orang-orang di sana terus mengelompokkan pemain, seharusnya mereka juga punya kelompok pemain berjiwa pemenang. Bagaimana dampak seorang pemain terhadap kemenangan tim dan Ben memiliki dampak besar atas kemenangan kami,” pungkasnya.

Membandingkan Ben dengan Magic memang terlihat cukup adil. Keduanya sama-sama pemain yang memiliki ukuran tubuh berlebih untuk seorang point guard. Keduanya memiliki visi bermain dan kemampuan membaca permainan lawan dengan baik. Baik Ben atau Magic juga tak memiliki akurasi dan frekuensi menembak tripoin yang tinggi dan mereka tetap mampu menjadi andalan tim masing-masing.

Meski serupa secara permainan, keduanya tumbuh di zaman yang berbeda. Saat Magic bermain, tripoin baru masuk era awal penggunaannya. Sedangkan Ben harus terjebak dengan era statistik di mana semua penuh perhitungan dan tripoin adalah angka termahal dalam sebuah tembakan masuk di basket. Namun, rasanya Doc sudah paham betul dengan hal ini. Atas sebab itu, ia menghadirkan Danny Green dan Seth Curry di dalam skuatnya untuk menutup celah tripoin yang tidak dimiliki Ben.

Pun demikian, Ben bukannya tidak mengembangkan diri. Dalam beberapa kesempatan, ia terlihat berlatih cukup serius untuk menembak tripoin. Sayang, dalam praktiknya, Ben mendaku bahwa ia belum cukup percaya diri dalam menembak dan lebih baik menerobos ke area kunci karena lawan sejauh ini juga belum mampu menghentikannya. (DRMK)

Foto: NBA

 

Komentar