Indonesian Basketball League (IBL) 2021 telah mengakhiri gelaran musim regulernya. Menggunakan sistem “gelembung” di Villa Robinson Resort, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, IBL menghabiskan total satu bulan untuk menyelesaikan musim reguler. Setiap tim bermain 16 kali dan dilakukan selama kurang lebih 30 hari.
Enam dari 12 tim yang berlaga akan lolos ke playoff. Indonesia Patriots sebagai sebuah program kerja sama antrara IBL dan Perbasi dipastikan sejak awal hanya akan berlaga di musim reguler. Hal ini membuat persaingan tempat playoff hanya akan melibatkan 11 tim, enam di Divisi Merah dan lima di Divisi Putih.
Hasilnya, Pelita Jaya Bakrie Jakarta, Louvre Dewa United Surabaya, dan Bima Perkasa Yogyakarta lolos mewakili Divisi Merah. Divisi Putih diwakilkan oleh Satria Muda Pertamina Jakarta, Prawira Bandung, dan West Bandits Solo. Untuk Louvre dan West Bandits, ini jadi playoff pertama mereka. Louvre berstatus tim tahun kedua sedangkan West Bandits adalah tim debutan, bersama Bali United Basketball.
Meski berstatus debutan, West Bandits bisa dibilang sama sekali tak diremehkan. Bahkan, tak sedikit yang sejak awal menjagokan tim ini menjadi kuda hitam untuk gelar juara. Susunan pemain yang bermaterikan kombinasi pemain muda dan veteran jadi salah satu alasan menjagokan West Bandits. Tak sampai di situ, kehadiran Widyanta Putra Teja yang grafik permainannya sedang menanjak juga menjadi kunci.
Ya, pemain yang akrab disapa Widy ini memang sedang panas-panasnya. Sejak musim 2018-2019, saat masih bersama Stapac Jakarta, Widy mulai menunjukkan sinarnya. Seiring kepergian Andakara Prastawa ke Pelita Jaya, Widy mendapatkan kepercayaan jadi garda utama Stapac yang kala itu masih dilatih Giedrius Zibenas. Seiring dengan gelar juara yang diraih Stapac, nama Widy pun mulai diperhitungkan di IBL dan tim nasional.
Sayangnya, Stapac kemudian bubar dan Widy pindah ke NSH. NSH seolah menjadi jalur berkembang yang tepat untuk Widy. Dihuni pemain-pemain seumuran hingga lebih muda, jiwa kepemimpinan Widy di lapangan semakin terlihat. Untuk urusan etos kerja di luar lapangan, testimoni apik tentang Widy sudah tersebar jauh-jauh hari.
Pemain yang esok akan berulang tahun ke-24 ini lantas membawa NSH berada di peringkat dua klasemen IBL 2020. Bersama dengan Lutfi Koswara dan Michael Glover, mereka membuat NSH jadi tim yang hanya kalah baik dari Indonesia Patriots. Kehebatan ini yang membuat West Bandits tak ragu merekrut Widy.
Widy membuka musim ini bahkan langsung dengan istimewa. Menghadapai Amartha Hangtuah, Widy mencetak 21 poin, 5 rebound, dan 6 asis dengan akurasi tembakan 62 persen (8/13). Jumlah poin tersebut adalah yang tertinggi sepanjang karir Widy di IBL. Di sisa musim pun, Widy tak pernah melebihi atau menyamai angka tersbeut.
Namun, di akhir musim, Widy membuat sejarah baru untuk pemain lokal Indonesia. Dari data yang dihimpun oleh Halo Statistik, Widy yang bermain di seluruh gim musim ini memiliki rataan 11,7 poin, 5,3 rebound, dan 5,6 asis per gim. Widy adalah pemain lokal pertama sejak statistik resmi dicatat (NBL Indonesia) yang mampu menorehkan catatan 10+ poin, 5+ rebound, dan 5+ asis di musim reguler.
Musim lalu, saat pemain asing masih berlaga, hanya ada satu pemain yang mampu menorehkan catatan seperti ini. Ia adalah Gary Jacobs Jr. dengan 20,2 poin, 7,5 rebound, dan 5,4 asis per gim. Catatan 5,6 asis Widy musim ini juga membuatnya memimpin rataan asis per gim liga. Ia meninggalkan Hardianus Lakudu dan Yudha Saputera dengan 4,7 asis per gim.
Rekor ini sudah selayaknya mematri nama Widy di barisan garda elit Indonesia. Pun demikian, masih banyak ruang yang bisa dikembangkan Widy untuk membuatnya semakin tak terhentikan. Akurasi tembakan Widy, utamanya dari tripoin masih sulit dilihat dengan hanya 20 persen. Beruntungnya, Widy memiliki pemain seperti Andre Adrianno dan Mei Joni yang memiliki akurasi tripoin mencapai 34 persen. Jika Widy mampu meningkatkan akurasinya, maka peluang West Bandits untuk melaju di playoff bisa semakin besar. Peluang Widy jadi salah satu opsi garda utama timnas masa depan bisa semakin besar.
Foto: Ariya Kurniawan – IBL Indonesia