IBL

Tak ada yang menyangka ketika tim Jakarta menjadi juara di FIBA 3x3 World Tour Tokyo Masters 2013. Tidak pula Fandi Andika Ramadhani, Rizky Effendi, Vinton Nolland dan Wijaya Saputra; para pemain di dalam tim Jakarta itu sendiri.

Tampilnya tim Jakarta sebagai juara Tokyo Masters di tahun 2013 menjadi pembukti paradigma bahwa apa pun bisa terjadi di 3x3.

Fisik dan postur besar memang membantu, tetapi itu bisa ditaklukkan dengan kecepatan, akurasi dan aturan permainan 3x3 yang memang kondusif.

Begitu juga kultur. Negara yang memiliki kultur basket lebih kuat, prestasi lebih mentereng, bisa tunduk kepada yang “tidak pernah terdengar”.

Basket 3x3 membolak-balik anggapan umum yang menempel kuat kepada basket konvensional lima lawan lima.

Kenyataan-kenyataan baru ini terulang di ajang L-Men 3x3 Competition Indonesia Tour 2016. Tim yang berisi gabungan pemain kampus dan pekerja kantoran mengalahkan tim yang berisi para pemain IBL, yang kebetulan, tim tersebut adalah tim Jakarta, tim 3x3 terbaik Indonesia, tim yang sebelumnya merasakan tuah “Apapun bisa terjadi di 3x3”.

Tim Jakarta tampil perkasa di ajang L-Men 3x3. Pada kategori Elite, mereka menjadi juara tanpa mencium lantai dasar kekalahan. Di semifinal, mereka membungkam tim Hi-Test (21-11) yang diperkuat dua pemain asal Amerika Serikat.

Sebaliknya, tim 3x3 Bandung A menjalani kompetisi dengan skuat yang tak pernah lengkap.

Tim Bandung A beranggotakan Juan Laurent, Rivaldo, Jonathan Saragih dan Xaverius Prawiro. Juan dan Rivaldo adalah pemain kampus Universitas Pelita Harapan, Jonathan pegawai kantoran dan Xaverius sudah absen dari IBL sejak tahun 2015 lalu. Tim Bandung A berpartisipasi di kategori U33 Open Men.

Pada hari pertama, di babak penyisihan kategori U33, tim Bandung bermain tanpa Rivaldo. Artinya, Juan, Jonathan dan Xaverius bermain penuh terus.

Memasuki hari kedua, tepatnya semifinal dan final U33, giliran Xaverius yang absen dan Rivaldo tampil. Mereka juara dengan hanya tiga pemain saja.

Pada hari ketiga, L-Men 3x3 mempertemukan tim-tim terbaik. Empat dari kategori Elite, dua dari kategori U33 dan dua lagi tim baru gabungan pemain-pemain kategori Elite dan U33 yang tereliminasi di kompetisi kategori masing-masing.

Kali ini, tim Bandung tampil komplit. Xaverius ada, Rivaldo ada, serta Juan dan Jonathan selalu ada.

Namun, kata “komplit” tak pernah singgah lama kepada tim ini. Di laga terakhir babak penyisihan, Xaverius mengalami cedera. Pelipisnya berdarah kena sikut lawan. Yus, sapaan akrab Xaverius, memilih untuk meninggalkan arena mengobati lukanya.

Perginya Xaverius membuat tim Bandung A kembali hanya bertiga. Mereka melangkah ke semifinal.

Lawan tim Bandung A di semifinal adalah tim Surabaya. Materinya, Faisal J. Achmad, Rony Gunawan, Oki Wira Sanjaya dan Toni Sugiharto. Tim yang juga pernah mewakili Indonesia di ajang World Tour.

Laga yang seharusnya ketat, terlihat anti-klimaks. Bandung A mendominasi laga dan Surabaya seperti tak memiliki api semangat. Faisal dan kawan-kawan tunduk dengan kedudukan 22-11.

“Target kami hanya ingin juara di kategori U33. Ketika kami sampai ke final, kami bermain lepas saja,” ujar Rivaldo.

Dengan sejarah panjang sebagai tim terbaik 3x3 Indonesia, tim Jakarta jelas diunggulkan. Apalagi tim ini diperkuat oleh Arki Dikania Wisnu, salah satu pemain terhebat di IBL.

Pertandingan final menunjukkan dengan jelas apa yang bisa terjadi di laga-laga 3x3. Portofolio bisa membisu. Pengalaman bisa bungkam. Kejutan bisa terjadi kapan saja.

Tim Bandung A agresif. Sadar akan sulit melawan Arki dan Vinton di bawah ring, Bandung A melancarkan serangan dari luar. Strategi ini berhasil. Juan Laurent beberapa kali memasukkan tembakan dua angka.

Menyadari keunggulan postur, kekuatan dan kecepatan yang dimiliki, tim Jakarta mengandalkan penetrasi bertenaga. Vinton dan khususnya Arki menjadi andalan. Arki sulit dihentikan. Arki bahkan tak terhentikan oleh Jonathan Saragih, pemain yang bertugas menjaganya.

Namun setiap usaha sukses Arki hanya berbuah satu angka. Sementara balasan Bandung A melalui bidikan-bidikan Juan bernilai dua angka. Akselerasi poin tidak seimbang. Satu poin Jakarta dibalas dua poin Bandung A.

Laga masih menyisakan waktu berlaga sekitar empat menit. Cukup banyak untuk sebuah pertandingan 3x3 yang hanya 10 menit. Namun kondisi telur di ujung tanduk mulai membayangi tim Jakarta. Lawannya sudah unggul 17-10.

Arki semakin beringas, namun Juan selalu wangi. Tim Jakarta masih mampu menambah empat poin, namun meriam jarak jauh Bandung A dengan mudah menjangkau raihan 21 poin. Sisa waktu yang relatif panjang jadi tak berguna bagi Jakarta.

“Mereka main tanpa beban dan memasukkan hampir semua tembakan mereka. Mereka bermain sangat baik. Semoga mereka sukses di Tokyo (Utsunomiya),” ungkap Arki seusai pertandingan final.

Fandi Andika Ramadhani, pemain 3x3 ranking pertama di Indonesia memberi tanggapan lucu, “Memang kalah saja. Sudah ‘harinya’ mereka. Cuma saya malu saja,” kata Rama sambil tertawa tanpa ada kesedihan karena kekalahan. “Malu karena kalah oleh tiga pemain. Hahaha.”

Komentar tambahan dari Rizky barangkali yang paling mewakilkan apa yang terjadi di final sekaligus menegaskan kenapa semua orang sebaiknya semakin serius mendalami 3x3. Rizky mengatakan, “Inilah 3x3, sulit terprediksi.”

Komentar