IBL

Pernah merasa karirnya mentok, Harja Jaladri sempat berpikir untuk pensiun. Namun, ternyata tiga tahun terakhir ini karir wasit terbaik Indonesia itu terus melesat. Bulan depan Harja naik level dengan mengikuti NBA Summer Camp 2016 di Las Vegas.

Reputasi NBA Summer League sebagai kejuaraan untuk menempa superstar masa depan NBA terus menguat tahun demi tahun

MVP 2015 dan 2016 Stephen Curry bermain di ajang tersebut pada musimrookie-nya. Begitu juga, Rookie of the Year dua musim terakhir asal Minnesota Timberwolves Andrew Wiggins dan Karl-Anthony Towns.

Tahun ini NBA Summer League terbesar berlangsung di Thomas & Mack Center and Cox Pavilion, University of Nevada, Las Vegas, pada 6–13 Juli. Kompetisi akan diikuti 24 tim, termasuk 11 tim yang menembus playoff musim 2015–2016. Dua finalis musim lalu, Cleveland Cavaliers dan Golden State Warriors, juga ambil bagian. Termasuk juara bertahan Summer League 2015 San Antiono Spurs.

Musim lalu NBA Summer League mencatat rekor baru jumlah penonton. Baik mereka yang langsung datang di arena maupun yang menyaksikan lewat NBA TV dan saluran digital, misalnya nba.com dan NBA Mobile.

Diperkirakan, rekor penonton kembali pecah karena bintang-bintang baru NBA bisa memulai debutnya di Las Vegas. Sorotan utama diarahkan kepada pilihan nomor satu NBA Draft 2016 Ben Simmons (Philadelphia 76ers) dan Brandon Ingram (Los Angeles Lakers).

Dan, yang bikin bangga, Indonesia akan hadir sebagai bagian kemeriahan NBA Summer League 2016. Wasit terbaik nasional Harja Jaladri akan terbang ke Las Vegas, mengikuti NBA Summer Camp 2016.

Selain mendapat materi kelas, Harja bakal praktik langsung dengan memimpin pertandingan calon bintang masa depan NBA tersebut. ’’Dari Asia, tahun ini yang terpilih cuma dua. Saya dan satu lagi wasit dari Arab Saudi,’’ ucap Harja saat dihubungi Jawa Pos.

Total, terdapat delapan wasit FIBA dari berbagai penjuru dunia yang bergabung dengan wasit-wasit NBA dalam Summer Camp itu. ’’Ini kesempatan baik menambah wawasan. Selama ini kami tahu banyak filosofi permainan yang diadopsi FIBA dari NBA,’’ ucap pria yang lahir pada 17 September 1976 itu.

Wasit asal Cirebon itu mengatakan, kepercayaan dari FIBA ini tidak akan disia-siakan. Dia menambahkan, momen ini juga makin melecut semangatnya untuk menggapai mimpi tertingginya, memimpin pertandingan Olimpiade.

Pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, ada tiga wasit Asia yang terpilih. Mereka berasal dari Filipina, Tiongkok, dan Korea Selatan. Semua merupakan alumni NBA Summer Camp 2015.

“Target utama saya Olimpiade. Tetapi, saya juga ingin memimpin kejuaraan dunia FIBA senior,’’ ucap pemegang lisensi FIBA selama 12 tahun itu.

Karir Harja di perwasitan dunia memang cemerlang. Sempat berpikir untuk pensiun karena merasa mentok di level internasional, titik balik Harja terjadi ketika dia memimpin Grand Final FIBA Asia 2013.

Lalu, dia dipercaya menjadi wasit di final Asian Games 2014 di Incheon bersama Mohammad Al-Amiri (Kuwait) dan Liang Bin (Tiongkok). Pertandingan tuan rumah Korea Selatan melawan Iran itu berjalan sangat seru. Korsel menang satu bola, 79-77.

Harja mendapat pujian luas karena punya ketenangan, tegas, pintar, dan mampu mengontrol pertandingan yang berjalan keras tersebut.

Performa maksimal itu mengantar Harja terpilih menjadi wasit Kejuaraan Dunia U-17 FIBA 2014 di Uni Emirat Arab. Harja saat itu memimpin delapan pertandingan.

Namun, di sisi lain, pria lulusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada tersebut hampir saja gagal berangkat ke Las Vegas. Alasannya klasik, soal dana. Jadi, dia berterima kasih kepada PT DBL Indonesia yang membantu dalam keberangkatan ke Amerika Serikat. ’’DBL men-support saya secara penuh,’’ katanya.

Direktur PT DBL Indonesia Masany Audri mengatakan, bantuan kepada Harja merupakan bagian dari komitmen organisasinya dalam peningkatan mutu wasit nasional. ’’Kami memiliki Referee Development Program yang fokus dalam pengembangan wasit. Untuk kasus Mas Harja, kami juga memiliki tanggung jawab moral untuk ikut mengangkat prestasi wasit Indonesia di tingkat dunia,’’ katanya.

Hal yang sama, imbuh Sany, dilakukan ketika PT DBL Indonesia memberikan rekomendasi kepada Yuli Wulandari, wasit perempuan asal Jambi, untuk terbang ke Amerika Serikat, menimba ilmu olahraga selama dua pekan di Washington DC dan Philadelphia pada Maret 2013.

Harja sendiri berjanji dan berharap bisa membawa pulang ilmu sebanyak-banyaknya dari Amerika. Dia ingin membagikan pengetahuan penting itu kepada para wasit junior tanah air.

Foto: NBL Indonesia

Komentar